ARTIKEL BIOLOGI
MAKALAH REGULASI
Di Susun Oleh :
Nur Mustika Aji Nugroho
XI IPA 1
SMA N 2
WONOSARI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan
penyusunan artikel yang berjudul “Sistem Regulasi”. Penulisan artikel adalah
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
pelajaran Biologi Semester II di SMA N 2 WONOSARI.
Dalam penulisan artikel ini, kami
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan artikel ini.
Akhirnya kami berharap semoga
artikel ini membantu teman-teman mengetahui secara garis besar tentang Sistem
Regulasi. Terimakasih kami ucapkan atas waktunya untuk membaca artkel kami.
Wonosari,
13 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.............................................................................................. 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
A. Sistem Regulasi pada Manusia .............................................................. 4
B. Gangguan Pada Sistem Regulasi .......................................................... 30
C. Teknologi Yang Berhubungan Pada Sistem Regulasi ........................... 39
D. Gaya Hidup Sehat ................................................................................. 40
A. Sistem Regulasi pada Manusia .............................................................. 4
B. Gangguan Pada Sistem Regulasi .......................................................... 30
C. Teknologi Yang Berhubungan Pada Sistem Regulasi ........................... 39
D. Gaya Hidup Sehat ................................................................................. 40
Daftar Pustaka ............................................................................................. 42
Sistem Regulasi
A.
Sistem Regulasi Pada Manusia
Sistem saraf bekerja dengan cepat dalam menanggapi suatu
perubahan lingkungan yang merangsangnya. Sistem saraf mempunyai dua fungsi
yaitu sebagai penerima dan penghantar rangsang ke seluruh bagian tubuh,
serta memberikan tanggapan terhadap
rangsang tersebut. Tiga komponen yang
harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1. Reseptor, merupakan alat
penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai
reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu
sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut
penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut
neuron.
3. Efektor,
adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Rangsang yang berasal dari luar tubuh dapat berupa bau, rasa (pahit,
manis), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan atau gaya berat. Rangsang dari dalam
tubuh berupa rasa lapar, kenyang, sakit, dan lelah.
1.
Bagian-Bagian
Sel Neuron (Sel Saraf)
Alat Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut
neuron. Sel-sel neuron terbagi atas beberapa bagian yaitu badan sel, dendrit,
dan neurit (akson).
a. Badan sel, berwarna kelabu, terdiri
atas membran sel, sitoplasma (neuroplasma), nukleus, nukleolus, dan retikulum
endoplasma. Retikulum endoplasma yang mengelompok pada sel saraf disebut badan nissl.
b. Dendrit, merupakan lanjutan atau
percabangan badan sel saraf. Dendrit berfungsi menerima impuls yang datang dari ujung akson lain, selanjutnya membawa
impuls tersebut ke dalam badan sel saraf. Dendrit disebut juga serabut pendek neuron.
c. Neurit (akson) disebut juga serabut panjang neuron. Neurit
berfungsi meneruskan impuls yang berasal dari badan sel saraf ke sel-sel saraf
yang lain. Bagian badan sel saraf yang berhubungan dengan akson berbentuk
segitiga dinamakan akson hillcok.
Neurit terbungkus oleh selubung mielin.
Selubung ini tersusun oleh sel-sel Schwann. Mielin berfungsi sebagai isolator.
Bagian
neurit yang tidak berselubung mielin disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat jalannya impuls.
Ujung neurit disebut terminal
percabangan yang akan bertemu dengan ujung dendrit sel neuron yang lain.
Pertemuan kedua ujung sel neuron yang berbeda disebut sinapsis. Neuron terbagi menjadi 3 macam berdasarkan fungsi, tempat
impuls disalurkan, dan strukturnya. Perbedaan neuron dapat dilihat dalam Tabel
1.1 berikut.
Ciri-Ciri
|
Neuron
Sensori
|
Neuron
Motorik
|
Neuron
Konektor
|
Arah impuls
|
Dari reseptor ke sistem saraf pusat
|
Dari sistem saraf pusat ke efektor
|
Dari neuron sensori ke neuron motorik
|
Daerah yang berhubungan dengan dendrit
|
Reseptor
|
Neurit neueon yang lain
|
Neuron sensori
|
Daerah yang berhubungan dengan neurit
|
Dendrit neuron lain
|
Efektor
|
Neuron motorik
|
Struktur neurit
|
Panjang
|
Pendek
|
Pendek
|
Struktur dendrit
|
Pendek
|
Panjang
|
Panjang
|
Fungsi
|
Berfungsi menghantarkan impuls saraf dari indra ke
otak atau ke sumsum tulang belakang
|
Menyampaikan perintah dari otak atau sumsum tulang
belakan menuju ke efektor
|
Meneruskan rangsangan dari sel saraf sensori ke sel
sarafmotorik
|
Tabel 1.1 Perbedaan Antara Neuron Sensorik, Neuron Motorik, dan
Neuron Konektor
2.
Susunan
Sistem Saraf
Secara garis besar susunan sistem saraf manusia dijelaskan
pada diagram berikut.
a. Sistem
Saraf Sadar
Sistem
saraf pada manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak
sadar. Sistem saraf sadar dibedakan lagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat berfungsi mengatur dan mengendalikan sistem
koordinasi. Pada bagian ini Anda akan mempelajari fungsi dan penyusun sistem
saraf pusat.
1)
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum. Bagian luar
otak dan sumsum diselubungi oleh selaput meninges. Selaput meninges, tersusun
sebagai berikut.
a) Duramater, yaitu selaput terluar yang kuat dan melekat pada tulang
tengkorak dalam.
b) Arakhnoid, lapisan ini menyerupai sarang laba-laba.
c) Piamater, merupakan lapisan paling tipis dan paling dalam dari selaput
meninges. Selaput ini mengandung banyak sel darah.
d) Ruang subarakhnoid, yaitu ruang yang berisi cairan pelindung yang disebut
serebrospinal.
Di dalam otak terdapat cairan serebrospinal. Cairan ini
berfungsi untuk melindungi dan menghantar zat makanan ke jaringan sistem saraf
pusat, menahan goncangan, dan menjaga agar bagian otak mempunyai tekanan yang
sama.
a)
Otak
Otak terdiri atas 5
bagian, yaitu otak besar (serebrum),
otak tengah (mesensefalon), otak
depan (diensefalon), otak kecil (serebelum), dan jembatan Varol (ponds Varolii).
(1)
Otak Besar (Serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak
manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental,
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran,
dan pertimbangan.
Otak besar terdiri atas Lobus
Oksipitalis sebagai pusat penglihatan, Lobus
temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yag berfungsi sebagai
pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
(2)
Otak Tengah (Mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil (serebelum) dan
jembatan Varol. Otak tengah berperan dalam refleks mata dan kontraksi otot yang
terus menerus.
(3)
Otak Depan (Diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua lobus yaitu, thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang yang berasal dari
reseptor (kecuali bau) ke area sensorik serebrum, serta melakukan persepsi rasa
sakit dan rasa menyenangkan. Hipothalamus,
merupakan pusat koordinasi sistem saraf tepi (otonom). Hipotalamus berfungsi
mengatur suhu tubuh pada organisme homoiotermal. Akibatnya, suhu tubuh relatif
tetap, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hipothalamus berfungsi mengatur
rasa lapar sehingga manusia melakukan kegiatan makan. Hipothalamus mengatur
emosi, kadar air dalam tubuh, kegiatan produksi, tekanan darah, dan kadar gula
dalam darah.
(4)
Otak Kecil (Serebelum)
Otak kecil terletak di bagian belakang di bawah otak besar. Otak
kecil berfungsi meng- koordinasikan kerja otot, tonus otot, ke- seimbangan, dan
posisi tubuh. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan
(kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat
dikoordinasikan. Keadaan seperti ini disebut ataxi.
(5)
Jembatan Varol (Ponds
Varolii)
Jembatan
Varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, serta menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan
Varol berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.
b)
Sumsum
Pada sistem koordinasi,
sumsum terbagi menjadi 2 bagian yaitu sumsum
lanjutan (medula oblongata) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
(1)
Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata)
Sumsum lanjutan merupakan bagian paling belakang dari otak.
Sumsum lanjutan paling atas disebut jembatan
Varol. Sumsum lanjutan berfungsi mengatur denyut jantung, menyempitkan
pembuluh darah, melakukan gerakan menelan, batuk, bersin, bersendawa, muntah,
serta membantu pernapasan.
(2)
Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang merupakan lanjutan dari medula oblongata.
Bagian ini terus berlanjut ke bawah sampai ke tulang belakang (vertebrae
lumbalis) kedua. Seperti pada otak, bagian tengah berkas sarafnya mengandung
cairan serebrospinal. Saluran cairan ini disebut kanal sentral.
Sumsum tulang belakang
berfungsi meng- hubungkan rangsang dari dan menuju otak. Selain itu sumsum ini
juga memberi kemungkinan jalan terpendek pada gerak refleks.
Penampang melintang sumsum tulang belakang berbentuk kupu-kupu. Bagian
luar (korteks) sumsum tulang belakang berwarna putih disebut substansi alba. Bagian dalam (medula)
berwarna abu-abu disebut substansi
grissea. Perhatikan gambar di bawah untuk lebih jelas melihat penampang
melintang sumsum tulang belakang.
Pada gambar di atas, sumsum tulang
belakang dibedakan menjadi sayap ventral dan sayap dorsal. Sayap ventral yaitu bagian yang mengarah ke perut. Bagian ini
mengandung badan neuron motorik.
Sayap dorsal
yaitu bagian yang mengarah ke punggung. Bagian sayap dorsal mengandung badan
neuron sensorik. Impuls akan masuk melalui sayap dorsal dan keluar melalui
sayap ventral. Mengenai jalannya impuls pada sistem saraf tersebut akan dibahas
pada bagian selanjutnya. Namun, sebelumnya kita akan mempelajari terlebih
dahulu fungsi dan penyusun sistem saraf tepi.
2)
Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi berfungsi menyampaikan informasi ke dan dari
pusat pengatur. Sistem saraf tepi pada dasarnya terdiri dari lanjutan sel saraf.
Sel-sel saraf ini berfungsi membawa impuls saraf atau rangsang saraf menuju dan
dari sistem saraf pusat. Berdasarkan impuls saraf yang dibawa, sistem saraf
tepi dibedakan menjadi:
a) Sistem saraf afere,
membawa impuls saraf dari reseptor ke susunan saraf pusat.
b) Sistem saraf eferen, membawa impuls saraf pusat ke efektor.
Di dalam otak terdapat cairan serebrospinal. Cairan ini
berfungsi untuk melindungi dan menghantar zat makanan ke jaringan sistem saraf
pusat, menahan goncangan, dan menjaga agar bagian otak mempunyai tekanan yang
sama.
Susunan saraf tepi berdasarkan asalnya dibedakan menjadi saraf
sumsum tulang belakang (spinal) dan
saraf otak (kranial).
a)
Saraf sumsum tulang belakang (spinalis), yaitu saraf yang
berjumlah 31 pasang saraf, memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
(1) Merupakan gabungan antara saraf sensorik yang masuk ke akar
dorsal dan saraf motorik yang keluar dari akar ventral.
(2) Merupakan lanjutan dari sumsum lanjutan (medula oblongata)
hingga vertebrae lumbalis kedua. Saraf ini (nervi spinalis) berasal dari sumsum
tulang belakang yang berwarna kelabu yaitu substansi grissea.
b)
Saraf otak (kranial), yaitu saraf yang berjumlah 12 pasang dan meliputi beberapa saraf
yang terlihat dalam Tabel 1.2.
Urutan Saraf
|
Nama Saraf
|
Asal Impuls
|
Nama Saraf
|
Fungsi
|
I
|
Olfaktori
|
Epitel olfaktori (selaput lendir
hidung)
|
Sensorik
|
Alat penciuman
|
II
|
Optik
|
Retina mata
|
Sensorik
|
Penglihatan
|
III
|
Okulomotor
|
Proprioseptor otot bola mata
|
Motorik
|
Penggerak bola mata dan mengangkat
kelopak mata
|
IV
|
Troklear
|
Proprioseptor otot bola mata (obliq
superior)
|
Motorik
|
Memutar mata dan penggerak bola mata
|
V
|
Trigeminal
|
Otot Kepala, wajah, rahang bawah,
otot rahang
|
Sensorik dan Motorik
|
Gerak otot mata yang menyebabkan
ekspresi sensasi pada gigi dan bagian kulit rahang serta gerakan rahang
|
VI
|
Abdusen
|
Proprioseptor otot bola mata rektus
eksternal
|
Motorik
|
Gerakan bola mata
|
VII
|
Fasial
|
Ujung pengecap di ujung lidah,
wajah, bibir, dan kelopak mata
|
Sensorik dan Motorik
|
Otot wajah dan kelenjar ludah
|
VIII
|
Auditori
|
Telinga dalam (koklea)
|
Sensorik
|
Pendengaran
|
IX
|
Glosofaring
|
Ujung pengecap lidah belakang dan
faring
|
Sensorik dan Motorik
|
Sensasi, gerakan lidah dan faring
|
X
|
Vagus
|
Alat-alat dalam (jantung, paru-paru,
lambung)
|
Sensorik dan Motorik
|
Sensasi, gerakan pada jantung dan
organ lain
|
XI
|
Asesorispinal
|
Alat-alat dalam (jantung, paru-paru,
lambung)
|
Motorik
|
Sensasi, gerakan pada jantung dan
organ lain
|
XII
|
Hipoglosal
|
Otot lidah
|
Motorik
|
Gerakan ludah dan cita rasa
|
b. Sistem
Saraf Tidak Sadar (Otonom)
Selain
tersusun oleh sistem saraf sadar, sistem koordinasi juga tersusun oleh sistem
saraf tak sadar yang disebut sistem saraf
otonom.
Saraf
yang mengendalikan gerak organ-organ dalam (visceral) secara otomatis disebut
saraf otonom. Gerak organ dalam meliputi gerak organ jantung, otot polos,
pupil, mengembang dan mengerutnya pembuluh darah, serta sekresi enzim dan
keringat. Terdapat dua macam saraf otonom yaitu:
1)
Saraf simpatetik adalah
saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) di daerah
dada dan pinggang. Saraf simpatik umumnya berfungsi memacu atau mempercepat
kerja organ-organ tubuh.
2)
Saraf parasimpatetik adalah
saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum
yang merupakan saraf pre-ganglion
dan post-ganglion. Fungsi saraf
parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh.
3.
Prinsip
Penghantar Impuls
Rangsang yang diterima sel saraf
dapat berasal dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Rangsang yang merambat
disebut impuls. Impuls diterima oleh
reseptor kemudian akan dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf. Saat
impuls sampai pada akson, impuls akan diteruskan ke dendrit neuron lain.
Dalam sel saraf terjadi proses
penghantaran impuls secara konduksi.
Apabila tidak ada rangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan istirahat. Dalam keadaan ini saraf tidak meng-
hantarkan impuls. Membran luar sel saraf bermuatan positif karena kelebihan
kation atom Na+. Membran dalam sel saraf bermuatan negatif karena
banyak ion K+ yang keluar akson. Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian
karena peran pompa Na – K dan sifat membran akson yang lebih
permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+. Na+
dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran akson yang
permeabel terhadap K, maka K+ dapat keluar lagi.
Jika terjadi rangsang kuat, permeabilitas
membran akan berubah. Akibatnya polarisasi membran juga berubah. Polarisasi
mengalami pembalikan pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi. Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang
hingga menyebabkan rantai reaksi. Dengan demikian, impuls berjalan sepanjang
akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron memulihkan keadaannya seperti
semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut.
Waktu ini disebut waktu refraktori.
Proses penghantaran impuls yang
kedua adalah peng- hantaran impuls antarsel saraf.
Titik-titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan
neuron lain disebut sinapsis. Akson
pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan tombol
sinapsis disebut membran pre-sinapsis.
Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan rangsang.
Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan
bertemu dengan dendrit neuron yang lain. Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran
post-sinapsis sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut
terdapat suatu celah yang disebut celah
sinapsis.
Bila impuls telah berada di ujung
akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang disebut juga neuro- transmiter. Zat ini bersifat
memacu dan menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron yang lain. Ada beberapa
neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin,
serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh
sistem saraf.
Jika impuls tiba di tombol
membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas membran
pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk
dan gelembung sinapsis melebur dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan
neurotransmiternya ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke
membran post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya neurotransmiter
dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase. Jika neurotransmiternya
dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil hidrolisis ini
akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan lagi.
Apabila tubuh mendapatkan rangsang dari luar, dengan
melakukan 2 macam proses penghantaran tersebut, impuls akan melalui jalur
perjalanan sebagai berikut untuk menanggapinya.
Rangsang ð Reseptor ðNeuron
sensorik ð Otak ð Neuron
motorik ð Efektor
Selain gerakan melalui jalur itu, ada juga gerakan yang melalui
jalur perjalanan berbeda yang disebut gerak refleks. Berikut adalah penjelasan
mengenai gerak refleks.
Gerak Refleks
Gerak
refleks adalah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini
dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian tiba-tiba
misalnya menarik kaki dengan segera setelah menginjak puntung rokok yang masih
menyala.
Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua
yaitu refleks spinalis dan refleks kranialis.
a. Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor
terdapat di sumsum tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat
menyentuh benda panas atau kaki terkena duri.
b. Refleks otak (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat
di otak. Contoh: gerakan mata terpejam karena kilat
B.
Sistem Endokrin
Selain
sistem saraf, terdapat sistem kelenjar di dalam tubuh yang ikut menentukan
keseimbangan dan regulasi, yaitu sistem hormon. Hormon merupakan suatu
zat kimia yang diproduksi oleh tubuh, dalam konsentrasi kecil yang dapat
menimbulkan efek fisiologis pada organ target. Hormon dihasilkan oleh kelenjar
endokrin tubuh dan ditransportasikan dalam aliran darah.
Selain
kelenjar endokrin, terdapat juga kelenjar eksokrin yang menyekresikan
zat kimia. Perbedaannya terletak pada tempat kerja cairan kimia yang
dihasilkannya. Kelenjar eksokrin disekresikan ke luar tubuh, seperti keringat
dan enzim di mulut. Adapun hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
diedarkan di dalam tubuh oleh sistem peredaran darah.
Hormon
bekerja secara efektif jika dalam jumlah yang sesuai, jika jumlah hormon yang
disekresikan berlebih atau kurang, akan timbul kelainankelainan pada tubuh.
Hormon dan sistem saraf bersama-sama mengatur regulasi tubuh, yaitu sebagai
berikut.
a.
Mengatur kesetimbangan cairan tubuh
dalam proses homeostatis (nutrisi,
metabolisme,
kesetimbangan garam dan air, kesetimbangan gula hingga
ekskresi).
b.
Bereaksi terhadap rangsang dari luar
tubuh.
c.
Berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan.
d.
Pengaturan dan penyimpanan energi.
e.
Mengatur produksi sel imun.
f.
Regulasi ion. istem endokrin membantu
mengatur pH darah dan kadar Na+, K+, dan Ca2+ dalam
darah.
g.
Menjaga keseimbangan cairan dengan mengendalikan
konsentrasi larutan dalam darah.
h.
Mengatur detak jantung dan tekanan
darah.
i.
Mengatur kadar gula dan zat lain dalam
darah.
j.
Mengatur reproduksi pada pria maupun
wanita.
k.
Mengatur kontraksi uterus dan produksi
air susu dari kelenjar mamae pada wanita.
Sedangkan secara lebih spesifik, hormon-hormon
ini antara lain berfungsi untuk:
a.
Mengatur; komposisi kimiawi dan volume cairan
interstisial, metabolisme dan keseimbangan energi, kontraksi otot polos dan
otot jantung, sekresi kelenjar, beberapa aktivitas sistem imun.
b. Mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan
c. Mengatur
kinerja sistem reproduksi (Tortora & Derrickson: 2009)
Hormon ini diproduksi dari
kumpulan sel dalam suatu kelenjar, kemudian di disekresikan ke ruang
interstisial, masuk ke sistem sirkulasi untuk kemudian diangkut menuju jaringan
tertentu yang disebut dengan jaringan
target. Dalam sel target terdapat reseptor tertentu yang dapat mengenali
hormon tertentu, sehingga tidak semua sel atau jaringan akan terpengaruh oleh
hormon tersebut.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan
hormon antara lain:
1.
Hipotalamus
dan kelenjar pituitari atau hipofisis.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis
adalah lokasi utama di mana sistem saraf dan sistem endokrin berhubungan.
Hipotalamus mengatur sekresi kelenjar hipofisis. Kelenjar pituitari mensekresi
9 hormon utama yang berfungsi untuk mengatur beberapa fungsi tubuh dan mengatur
sekresi dari beberapa kelenjar lain. Kelenjar ini terletak di fossa hipofiseal
dari sella turcica di tulang
sphenoid, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh jaringan yang disebut
infundibulum.
Hipotalamus menghasilkan hormon yang
disebut dengan neurohormon dan bekerja pada sel target yaitu sel pituitari
anterior. Hormon ini dapat berupa releasing
hormone (meningkatkan sekresi hormon pada kelenjar pituitari anterior) atau
inhibiting hormone (menghambat
sekresi hormon). Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus adalah:
1. Growth Hormone-Releasing Hormone (GHRH) berfungsi meningkatkan sekresi Growth Hormone (GH) atau hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari anterior.
2. Growth Hormone-Inhibiting Hormone (GHIH)
atau disebut juga somatostatin adalah hormon yang menghambat sekresi hormon
pertumbuhan (Growth Hormone) dari
kelenjar pituitari anterior.
3.
Thyroid-releasing
hormone (TRH) berfungsi untuk merangsang sekresi TSH (Thyroid-stimulating hormone)
4. Corticotropin-releasing hormone (CRH)
berfungsi merangsang sekresi hormon ardenokortikotropik (ACTH)
5. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
berfungsi merangsang sekresi LH (Luteinizing
Hormone) dan FSH (Follicle-stimulating
hormone).
6. Prolactin-releasing hormone (PRH)
merangsang sekresi prolaktin
7. Prolactin-inhibiting hormone (PIH)
menghambat sekresi prolaktin.
Kelenjar pituitari dibagi menjadi 2 bagian
utama, yaitu pituitari posterior (neurohipofisis) dan pituitari anterior
(adenohipofisis).
a. Neurohipofisis
Neurohipofisis
terhubung dengan otak. Sekresi yang dihasilkan disebut neurohormon karena
merupakan ekstensi dari sistem saraf. Neurohipofisis (pituitari posterior)
mensekresikan hormon antidiuretik dan hormon oxytosin. Hormon antidiuretik (Antidiuretic
Hormon (ADH)) atau vasopresin disintesis oleh badan sel neuron dalam inti
supraoptik hipotalamus dan diangkut oleh akson ke pituitari posterior untuk
kemudian disimpan dalam akson terminal. ADH dilepaskan oleh akson terminal dan
melalui darah dibawa ke jaringan target, yaitu ginjal, untuk melaksanakan
fungsinya yaitu reabsorpsi air dan mengurangi volume urine. Kekurangan ADH
menyebabkan diabetes insipidus.
Oxytosin disintesis oleh nuklei
paraventrikuler di hipotalamus. Oxytosin berfungsi
untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dan merangsang sekresi air susu
melalui kontraksi otot polos di kelenjar mamae.
b. Adenohipofisis
Adenohipofisis
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pars tuberalis, pars distalis, dan pars
intermedia. Hormon yang disekresikan dari pituitari anterior ini disebut tropic hormone yang mempengaruhi sekresi
hormon dair kelenjar endokrin yang lain. Hormon tropik ini meliputi GH, ACTH,
LH, FSH, Prolaktin, dan TSH. GH atau somatotropin berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan pada hampir semua jaringan. Hiposekresi dari ADH menyebabkan
dwarfisme, kekerdilan karena tulang lambat bertumbuh. Hipersekresi ADH
menyebabkan gigantisme dan akromegali. ACTH berfungsi untuk merangsang sekresi
hormon terutama cortisol di korteks adrenal. LH dan FSH berfungsi untuk
merangsang pembentukan gamet dan mengatur produksi hormon reproduksi. Prolaktin
berfungsi untuk merangsang pembentukan air susu di kelenjar mamae pada wanita.
Sedangkan TSH berfungsi untuk merangsang sintesis dan sekresi hormon tiroid
dari kelenjar tiroid.
2.
Kelenjar
Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua
lobus yang dihubungkan oleh jaringan yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel, yang tiap
lumennya terisi oleh protein yang disebut tiroglobulin yang merupakan tempat
penyimpanan hormon tiroid. Sel parafolikuler tersebar di antara folikel-folikel
membentuk dinding folikel. Sel tersebut mensekresikan calcitonin yang berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dan fosfat
dalam darah. Hormon tiroid mencakup Triiodotironin (T3) yang
berfungsi dan Tetraiodotironin (T4) atau tiroksin. Hormon tiroid
diangkut melalui plasma protein di sistem peredaran. Sekitar 70% - 75% diikat
oleh thyroxin-binding globulin (TBG)
yang disintesis di hati dan sisanya diikat oleh protein plasma lain, termasuk
albumen.
Hormon tiroid berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan metabolisme dan berperan dalam proses pertumbuhan. Hipersekresi
hormon tiroid disebut hipertiroidisme, mencakup penyakit Grave, tumor atau
kanker, tiroiditis, thyroid storm. Hiposekresi hormon tiroid atau disebut hypothyroidism mencakup defisiensi
iodin, goiter, kretinisme, penyakit Hashimoto.
3.
Kelenjar
Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel di
bagian posterior dari masing-masing lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini
mensekresikan parathyroid hormone
(PTH). Kelenjar
ini berperan dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar ini adalah parathormon yang berfungsi mengendalikan
kadar kalsium dalam darah.
4.
Kelenjar
Adrenal
Kelenjar adrenal disebut juga
kelenjar suprarenal terletak di ginjal bagian ujung superior. Kelenjar adrenal
terdiri dari bagian dalam yang disebut medulla dan bagian luar yang disebut
korteks. Medulla terdiri dari sel-sel polihedral yang terletak di pusat
kelenjar, sedangkan korteks dibagi menjadi 3 bagian, yaitu zona glomerulosa
bagian paling luar, zona fasciculata bagian tengah dan yang paling tebal, dan
zona reticularis bagian yang paling dalam.
Bagian medulla menghasilkan hormon
adrenalin (epinephrine) yang
berfungsi untuk meningkatkan kadar gula darah dengan memecah glikogen,
mempercepat pemecahan glikogen dalam otot serta lemak pada jaringan adiposa,
dan noradrenalin. Adrenalin dan noradrenalin (norepinephrine) berfungsi untuk meningkatkan detak jantung.
Bagian korteks mensekresi hormon mineralocorticoid (zona glomerulosa)
yang berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+
dan H+; glucocorticoid
(zona fasciculata) yang berfungsi untuk meningkatkan pemecahan protein dan
lemak, meningkatkan produksi glukosa, dan menghambat respon imun; dan androgen
(zona reticularis) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut pubik dan
aksilaris pada wanita.
5.
Pankreas
Pankreas terletak di belakang
peritoneum di antara cekung lambung terbesar dan duodenum. Pankreas merupakan
kelenjar eksokrin sekaligus kelenjar endokrin. Bagian endokrin yaitu pulau
Langerhans yang terdiri dari alpha cell yang
menghasilkan glukagon (berfungsi meningkatkan perombakan glikogen dan
melepaskan glukosa ke sistem sirkulasi), beta
cell menghasilkan insulin (meningkatkan penggunaan glukosa dan sistesis
glikogen), dan delta cell yang
mensekresikan somatostatin (menghambat sekresi glukagon dan insulin).
6.
Organ
Reproduksi (Gonad)
Organ reproduksi yang meliputi
ovarium, testis, dan placenta juga mensekresi hormon yang digunakan untuk
sistem reproduksi. Selain dari organ-organ tersebut, hormon reproduksi juga
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Pada pria, kelenjar endokrin sistem
reproduksi utama ada pada testis. Hormon yang diproduksi oleh testis adalah
testosteron yang bersama-sama dengan LH dan FSH berfungsi untuk mengatur
sistesis sel sperma dan perkembangan organ
reproduksi serta ciri kelamin sekunder pada pria.
Sedangkan pada wanita, ovarium
adalah kelenjar utama yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron serta
relaxin. Estrogen dan progesteron berfungsi untuk merangsang perkembangan
uterus dan kelenjar mamae, struktur genital eksternal, ciri kelamin sekunder,
siklus menstruasi. Hormon estrogen lebih dominan untuk mengatur tingkah laku
seksual pada wanita. Relaxin berfungsi untuk meningkatkan elastisitas simfisis
pubis. Testis dan ovarium sama-sama mensekresikan hormon inhibin yang berfungsi
untuk menghambat sekresi FSH.
7.
Badan
Pineal
Badan pineal yang terletak di
epitalamus pada otak menghasilkan 2 hormon yang bekerja pada hipotalamus atau
di gonad untuk menghambat fungsi reproduksi, yaitu hormon malatonin (menghambat
GnRH, menghambat reproduksi, mengatur siklus tidur) dan arginin vasotosin
(menghambat GnRH).
8.
Timus
Timus berada di leher, dan
menghasilkan hormon timosin yang berperan dalam sistem imun.
C.
Sistem Indra
Alat
tubuh dapat menangkap rangsang karena memiliki ujung saraf sensorik tertentu
disebut indra. Penerima rangsang pada indra sangat spesifik terhadap macamnya
rangsang. Penerima rangsang tersebut antara lain:
1. Eksteroseptor : penerima rangsang dari
luar,
2. Interoseptor :
penerima rangsang dari dalam tubuh,
3. Proprioseptor :
penerima rangsang yang berada dalam otot.
Ada 5 macam alat indra pada tubuh manusia,
yaitu indra penglihat, indra pendengar, indra peraba dan perasa, indra pencium,
dan indra pengecap. Berikut ini akan dibahas secara rinci alat indra tersebut
satu persatu.
1.
Indra
Penglihat (Mata)
Mata merupakan alat indra yang dapat menerima rangsang cahaya.
Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan berbeda, yaitu:
a. lapisan luar yang terdiri atas sklera dan kornea;
b. lapisan tengah yang berisi koroid, badan silia, dan iris;
c. lapisan dalam, tempat retina.
Bagian mata yang paling besar dan berwarna putih adalah sklera. Sklera merupakan tempat otot
mata melekat, di dalamnya terdapat jaringan ikat yang berwarna putih.
Perhatikan Gambar 9.23.
Lapisan bening di depan sklera, tempat cahaya masuk dinamakan kornea. Di dalam kornea terdapat cairan
pengisi mata, yaitu aqueos humor.
Cahaya yang masuk mata diatur intensitasnya oleh sebuah kepingan yang bernama iris. Iris mempunyai banyak pembuluh
darah dan mengandung pigmen warna yang menyebabkan adanya perbedaan warna pada
mata. Fungsi iris mirip dengan diafragma pada kamera foto. Jika
intensitas cahaya tinggi, lubang tempat cahaya masuk dipersempit. Begitu pula
sebaliknya. Pada iris, bagian lubang yang berubah sesuai dengan intensitas
cahaya yang masuk dinamakan pupil.
Pupil terletak di bagian tengah iris. Pupil inilah yang merupakan gerbang
cahaya masuk ke mata. Pergerakan pupil didukung oleh otot halus yang berada di
sekitar pupil.
Di belakang iris terdapat sebuah lensa bikonveks untuk
memfokuskan cahaya yang masuk sehingga bayangan yang dilihat jelas. Pergerakan
lensa dilakukan oleh suatu otot mata. Lensa dibangun oleh protein yang disebut protein kristalin. Protein tersebut
sangat jernih sehingga memungkinkan cahaya masuk ke dalam mata. Kemampuan mata
untuk memfokuskan cahaya yang masuk disebut daya akomodasi mata. Seperti halnya kamera fotografi, mata
mempunyai jarak fokus terdekat maksimal untuk dapat berakomodasi. Sementara
itu, untuk pandangan jarak jauh fokus lensa mata tidak terbatas.
Di antara retina dan iris, terdapat cairan pengisi yang disebut cairan vitreal. Pada bagian retina
inilah, rangsang cahaya diubah menjadi impuls saraf yang dikirim ke sistem
saraf pusat. Bayangan yang dibiaskan oleh lensa mata akan jatuh di daerah
sempit di retina yang disebut fovea.
Pada retina terdapat sel
batang yang sensitif terhadap cahaya redup dan tidak dapat membedakan
warna. Selain itu, terdapat juga sel
kerucut yang sensitif terhadap cahaya terang dan dapat membedakan warna.
Sel batang dan sel kerucut banyak mengandung pigmen penglihatan retinal
(turunan vitamin A) yang terikat pada protein membran yang disebut opsin.
Struktur opsin berbeda-beda pada tiap jenis fotoreseptor dan kemampuan
penyerapan cahaya retina bergantung pada jenis opsin yang dimiliki.
Sel batang memiliki jenis opsin tersendiri yang dipadukan dengan
retinal menjadi pigmen penglihatan yang disebut rhodopsin. Pada saat rhodopsin menyerap cahaya, komponen kimiawi
retina berubah bentuk dan memicu implus saraf ke otak. Saat gelap, enzim mengubah
retina kembali ke bentuk semula dan bersama opsin membentuk rhodopsin. Cahaya
terang mencegah pembentukan kembali rhodopsin dan sel batang menjadi tidak
responsif. Pada saat inilah sel kerucut bekerja.
Terdapat tiga jenis sel kerucut dengan jenis opsin yang berbeda.
Setiap opsin akan berpadu dengan retinal. Semua pigmen penglihatan pada sel
kerucut ini disebut photopsin. Tiga jenis sel kerucut, yakni sel kerucut merah, sel kerucut hijau, dan sel
kerucut biru bergantung pada jenis photopsinnya. Persepsi otak terhadap
warna selain merah, hijau dan biru, bergantung pada rangsang yang didapat dari
dua atau tiga jenis sel kerucut. Misalnya, jika sel kerucut merah dan hijau
terangsang maka kita akan melihat warna kuning atau oranye.
Buta warna disebabkan oleh kerusakan atau tidak terdapatnya satu
jenis sel kerucut atau lebih. Buta warna umumnya terjadi pada laki-laki karena
merupakan kelainan turunan yang terpaut kromosom X.
Di bagian fovea terdapat daerah yang peka terhadap cahaya
disebut bintik kuning, sedangkan
bagian yang tidak peka terhadap cahaya disebut bintik buta. Bayangan yang jatuh di daerah bintik buta tidak akan
diterjemahkan oleh otak sebagai bayangan.
2.
Indra
Pendengar (Telinga)
Telinga adalah organ yang terspesialisasi menerima rangsang
berupa getaran. Selain berfungsi dalam indra pendengaran, telinga juga
menentukan keseimbangan posisi kepala. Telinga dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.
a)
Telinga Bagian Luar
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga dan saluran
pendengaran. Daun telinga berfungsi memaksimalkan daya tangkap getaran suara.
Adapun saluran pendengaran merupakan bagian lubang telinga. Saluran pendengaran
mempunyai mekanisme pencegahan masuknya benda asing. Mekanisme tersebut berupa
rambut kecil penyaring udara dan melapisi saluran dengan suatu lapisan lilin.
Dalam beraktivitas pasti akan selalu ada benda asing yang masuk ke dalam saluran
telinga sehingga lapisan lilin menggumpalkannya menjadi kotoran telinga yang
disebut dengan serumen.
b)
Telinga Bagian Tengah
Membran timpani menjadi awal dari saluran telinga bagian tengah.
Pada bagian ini, terdapat tulang-tulang kecil pendengaran yang terdiri atas. Tulang martil (maleus), tulang landasan (incus),
dan tulang sanggurdi (stapes).
Tulang-tulang tersebut merupakan tulang terkecil yang berada
dalam tubuh kita. Namun, ketiga jenis tulang berperan penting dalam perambatan
getaran suara di dalam telinga. Dari membran timpani, getaran suara dirambatkan
ke tulang martil, lalu ke tulang landasan, dan akhirnya ke tulang sanggurdi
yang posisinya melekat dengan sebuah tingkap oval. Tingkap oval atau tingkap
jorong tersebut merupakan sebuah membran tipis di dalam telinga.
Di bagian tengah telinga, terdapat saluran Eustachius yang meng-
hubungkan saluran telinga tengah dengan saluran pencernaan di rongga mulut.
Saluran tersebut menyeimbangkan tekanan udara yang berada di bagian luar dan
dalam telinga sehingga membran timpani tidak terganggu (pecah).
c)
Telinga Bagian Dalam
Di bawah tingkap oval, terdapat membran lainnya, yaitu tingkap bundar. Dari tingkap bundar,
getaran dirambatkan ke bagian telinga dalam yang dimulai dari bagian rumah
siput (cochlea). Di dalamnya terdapat
suatu cairan yang dipisahkan oleh sebuah
membran. Di dalam rumah siput terdapat juga rambut-rambut silia yang peka
terhadap getaran, serta organ korti yang merupakan organ untuk pendengaran.
Getaran akan dirambatkan menuju cairan di dalam rumah siput yang akan
menggetarkan membran basal di dalamnya sehingga menyebabkan rambut getar
mengalami depolarisasi. Dari bagian rambut getar, kemudian getaran yang datang
dari luar diubah menjadi impuls saraf yang akan dikirim ke otak menuju saraf
akustik.
d)
Saluran Keseimbangan
Di Saluran pendengaran menjadi salah satu organ keseimbangan
tubuh. Hal tersebut karena dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran
kecil di atas rumah siput yang disebut kanalis
semisirkularis. Kanalis semisiklularis terdiri atas tiga saluran setengah lingkaran.
Satu saluran berada dalam posisi horizontal yang disebut ampula, sedangkan dua bagian lainnya dalam posisi vertikal, yaitu skula dan utrikula.
Di dalam kanalis semisirkularis terdapat cairan dan rambut getar
yang berfungsi sebagai alat pengenal posisi sehingga kita dapat menjaga
keseimbangan tubuh. Selain itu, di dalam saluran ini juga terdapat suatu
protein dan kalsium karbonat yang ikut menentukan posisi tubuh, yaitu otolit. Bersama dengan cairan yang
berada di dalam kanalis semisirkularis, otak dapat memahami posisi tubuh kita
dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh.
3.
Indra
Peraba dan Perasa (Kulit)
Kulit merupakan reseptor tubuh yang paling luas dan paling
pertama menerima informasi dari lingkungan. Di dalam kulit, tersimpan banyak
sekali reseptor mekanis (mechanoreceptor) sehingga kita dapat merasakan dingin,
panas, tekanan, hingga rasa sakit. Umumnya, reseptor berada di bawah folikel
akar rambut sehingga diduga ada hubungan antara rambut di kulit dengan
sensitivitas kulit terhadap rasa tertentu. Anda dapat membuktikan bagaimana
rasa sakit akibat rambut kaki yang dicabut jika dibandingkan dengan rambut di
kepala. Di bawah kulit, setidaknya ada lima jenis sel saraf reseptor yang
menerima informasi berbeda, yaitu:
a.
Ruffini, peka terhadap
rangsang suhu panas;
b.
Krause, peka terhadap rangsang
suhu dingin;
c.
Paccini, peka terhadap
rangsang tekanan, dan sentuhan;
d.
Meissner, peka terhadap
rangsang tekanan dan sentuhan;
e.
Ujung saraf bebas, peka
terhadap rangsang tekanan ringan dan rasa sakit.
Kerja kelima sel saraf tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe reseptor, yaitu termoreseptor (Ruffini
dan Krause), mekanoreseptor (Meisner dan Paccini), dan reseptor rasa sakit (ujung saraf bebas).
Mekanoreseptor banyak terdapat di ujung jari, bibir, telapak kaki, dan alat
kelamin. Ujung- ujung reseptor rabaan juga terdapat pada folikel rambut di
dalam lapisan dermis.
Reseptor rasa sakit atau nyeri dibedakan dari mekanoreseptor
karena memang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Reseptor rasa sakit dapat
dikatakan sebagai reseptor kimia yang berada di luar hidung dan lidah. Reaksi
kerja yang terjadi akibat sensasi rasa sakit di kulit diciptakan oleh pelepasan
enzim dari jaringan yang rusak atau terluka sehingga akan mengubah protein
tertentu di dalam darah menjadi suatu zat kimia, yaitu bradikinin, yang mengaktifkan reseptor rasa sakit.
4.
Indra
Pencium (Hidung)
Selain sebagai alat respirasi, hidung juga merupakan organ
sensorik yang terspesialisasi untuk menangkap rangsang kimia. Di udara,
rangsang kimia yang ringan dibawa dalam bentuk gas yang kemudian diterima oleh
kemoreseptor berisi silia di hidung yang disebut reseptor olfaktori.
Silia tersebut diminyaki oleh lapisan lendir. Pada lapisan
membran silia, terdapat enzim yang akan mengkatalisis proses perubahan sinyal
kimia menjadi impuls saraf sehingga menciptakan perubahan potensial aksi.
Impuls saraf yang dihasilkan akan dikirim ke bagian otak, yaitu saraf kranial
olfaktori I.
5.
Indra
Pengecap (Lidah)
Lidah merupakan bagian dari reseptor kimia tubuh lainnya. Organ
yang menerima rangsangan ini adalah ujung pengecap yang berada di lidah. Jumlah
ujung pengecap ini dapat mencapai 10.000 buah yang tersembunyi di antara
tonjolan-tonjolan lidah (papila).
Setiap ujung pengecap,
memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap rasa. Pada dasarnya, rasa sangat
beragam sekali, tapi hanya ada empat macam rasa yang umum kita kecap, yaitu
manis, asin, asam, dan pahit. Setiap bagian di lidah mempunyai sensitivitas
berbeda terhadap sensasi empat rasa tersebut.
Setiap sensasi rasa yang diberikan akan diterima oleh reseptor
di dalam ujung pengecap yang akan membuat perbedaan potensial sehingga impuls
saraf dapat dialirkan ke sistem saraf pusat. Bagian otak yang menerima
rangsangan ini adalah saraf kranial VII (fasial) dan saraf kranial IX
(glosofaringeal).
D. Gangguan
pada Sistem Regulasi Manusia
Gangguan pada sistem
regulasi dapat terjadi pada sistem saraf, sistem hormon, dan sistem indra.
Berikut ini beberapa gangguan yang umum dijumpai pada sistem regulasi.
1.
Gangguan Sistem Saraf Pusat
a)
Stroke
Penyakit ini disebabkan
oleh kerusakan pada otak yang dipicu oleh terhalangnya aliran darah atau
hilangnya darah di pembuluh darah dalam otak.
Penderita stroke
mempunyai masalah dengan reaksi motorik (gerakan pada bagian tubuh tertentu)
sehingga menyebabkan kelumpuhan. Jika bagian otak tidak mendapat suplai
nutrisi, akan terjadi kematian pada
bagian sel sarafnya. Jika semua bagian otak tidak mendapatkan nutrisi dalam
waktu lima menit saja, dapat mengakibatkan kematian. Stroke disebut juga
sebagai kematian sebagian sel saraf di otak. Penyebab stroke yang paling umum
adalah tekanan darah tinggi atau arterosklerosis atau kedua-duanya.
b)
Maningitis
Penyakit sistem saraf
ini disebabkan karena terjadinya peradangan pada meninges. Penyakit sistem
saraf ini dapat menular, dan ditularkan melalui virus. Virus tersebut yang
kemudian menginfeksi selaput saraf pada manusia.
c)
Koma
Koma diartikan sebagai
periode panjang seseorang pada kondisi tidak tersadarkan diri dan tidak dapat
dirangsang bahkan dengan stimuli yang paling menyakitkan. Koma dapat
diakibatkan oleh benturan pada otak
d)
Tremor
Tremor adalah kondisi
tubuh dan alat gerak yang tidak dapat menahan goncangan tubuh. Penderita
lanjutannya adalah penyakit Parkinson, yaitu kelainan otak yang ditandai dengan
gemetar dan kesulitan berjalan, bergerak, dan regulasi
.
e)
Sklerosis
Ganda
Sklerosis ganda adalah
salah satu penyakit utama pada sistem saraf pusat. Orang dengan penyakit ini
mengalami pengurangan mielin yang mengakibatkan gangguan pada kemampuan saraf
untuk menghantarkan impuls elektrik dari dan ke otak. Beberapa gejalanya adalah
lemas pada kaki dan lutut, hilangnya keseimbangan, penglihatan kabur, dan
berkurangnya kemampuan berbicara.
f)
Alzheimer
Alzheimer adalah
penyakit sistem saraf yang berupa kehilangan kemampuan untuk peduli kepada diri
sendiri. Penderita penyakit sistem saraf ini kehilangan kemampuan dalam hal
mengingat peristiwa yang baru terjadi. Penderita penyakit sistem saraf ini
kemudian menjadi bingung, menjadi pelupa, sering mengulang-ulang pertanyaan
yang sama, bahkan tersesat saat berada di tempat yang tak asing baginya atau
sering dikunjungi.
g)
Epilepsi
Epilepsi merupakan
penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya gangguan penghantar
impuls listrik pada sel-sel saraf, penderita tumor otak, trauma pada kepala,
pengguna obat-obat bius dan penderita cacat otak bawaan. Penderita epilepsi
sering mengalami kejang-kejang sampai dari mulutnya mengeluarkan cairan seperti
busa. Epilepsi dapat disembuhkan dengan berobat teratur.
h)
Migrain
Penyakit sistem saraf
ini mengakibatkan penderitanya merasakan sakit di sebagian kepalanya. Bagian
sebelah kiri maupun kanan. Penyakit sistem saraf ini cenderung dianggap sepele.
Namun bila dibiarkan, penyakit sistem saraf ini dapat merusak sel-sel saraf
pada otak menjadi rusak.
i)
Amnesia
Amnesia,
yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang
terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat
guncangan batin atau cidera otak.
j)
Polio
Polio merupakan
penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel-sel
saraf motorik otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menular dan jika
sudah menyerang tidak dapat diobati. Penularannya dapat melalui makanan.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksin antipolio yang diberikan pada
bayi melalui imunisasi oral (diminumkan).
k)
Parkinson
Parkinson merupakan
penyakit akibat berkurangnya neurotransmiter dopamin pada basal ganglia
(nukleus otak besar). gejala penyakit parkinson adalah tangan gemetar, sulit
bergerak, dan kekakuan otot. Parkinson biasanya diderita pada orang yang
berusia 40 tahun keatas.
l)
Rabies
Rabies adalah penyakit
infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies
ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies, seperti anjing, kucing, dan
kera. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus bergerak ke
arah perifer dalam serabut saraf eferen, saraf volunter, maupun saraf otonom.
Dengan demikian, virus tersebut menyerang hampir setiap organ dan jaringan di
dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah
dan ginjal.
m) Sakit Kepala
Epilepsi Penyakit sistem saraf
ini sepertinya merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh manusia.
Penyebabnya, sebagian besar berasal dari tingkat ketegangan pada sistem saraf
manusia. Jika sudah begini, kepala akan terasa sangat berat dan biasanya sering
diikuti oleh hilangnya keseimbangan tubuh.
n)
Transeksi
Transeksi adalah
kerusakan sebagian atau seluruh segmen tertentu dari sumsum tulang belakang.
Kerusakan tersebut dapat diakibatkan, misalnya terjatuh atau benturan keras.
Apabila sumsum tulang belakang mengalami transeksi pada bagian di dekat kepala,
dapat menimbulkan kematian. gangguan pada sumsum tulang belakang dibagian dekat
kepala dapat mengganggu saraf-saraf pernapasan. Adapun transeksi pada sumsum
tulang belakang bagian bawah, dapat menimbulkan kelumpuhan.
o)
Vertigo
Vertigo mengakibatkan
penderitanya menjadi pusing kepala, kehilangan keseimbangan, tetapi justru
kepala terasa sangat ringan, melayang dan sering mengalami gangguan jika berada
di ruangan.
2.
Gangguan Sistem Hormon
a)
Pubertas
Dini
Perubahan tubuh yang
berhubungan dengan pubertas dapat timbul secara dini pada anak-anak jika hormon
pituitari yang menstimulasi gonad meningkat secara dini. Pengobatan melalui
suntikan dapat dilakukan untuk menekan sekresi hormon-hormon pituitari
(gonadotropin) dan menahan kemajuan perkembangan seksual pada anak-anak sebelum
waktunya
b)
Hipertiroidisme
Koma Hipertiroid
merupakan kondisi kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi. Gejala yang
timbul berupa hilangnya berat badan, gugup, tremor, keringat berlebih, laju
detak jantung dan tekanan darah tinggi, mata yang menonjol, dan hiperaktif.
Penyakit ini dapat diobati dengan pengobatan, pembuangan atau penghancuran
kelenjar tiroid dengan operasi atau terapi radiasi.
c)
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme
merupakan kebalikan dari hipertiroid, yaitu kadar hormon tiroid dalam darah
sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan lambatnya proses-proses dalam tubuh
sehingga tubuh menjadi lemah, laju detak jantung rendah, keringnya kulit, dan
penambahan berat badan. Karena kadar hormon tiroid dalam darah rendah, kelenjar
tiroid berusaha memproduksinya. Hal tersebut berakibat pada membengkaknya
kelenjar tiroid yang dikenal dengan penyakit gondok.
Untuk mencegah dan
mengobatinya, pasien diberi zat yodium sehingga produksi hormon tiroidnya
kembali normal. Selain itu, hipotiroid pada anak- anak dapat menyebabkan
lambatnya pertumbuhan (kekerdilan) dan tertundanya pubertas. Kondisi ini
disebut kretinisme. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan tidak adanya atau tidak
sempurnanya kelenjar tiroid dapat mengidap hipotiroidisme. Kondisi tersebut
dapat diobati dengan pemberian pengganti hormon tiroid secara oral.
.
d)
Sindrom
Cushing
Penggunaan obat-obatan
tertentu untuk mengobati suatu penyakit, ternyata dapat menyebabkan timbulnya
penyakit baru. Sindrom cushing disebabkan oleh jumlah hormon glukokortikoid
yang berlebih pada tubuh. Pada anak-anak, biasanya terjadi jika mereka
mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid sintetis (seperti prednisone) dalam
dosis yang besar untuk menyembuhkan penyakit autoimun, seperti lupus. Gejala
yang muncul dalam jangka waktu panjang adalah obesitas, kegagalan tumbuh,
lemahnya otot-otot, kulit mudah teriritasi, jerawat, tekanan darah tinggi, dan
perubahan psikologi. Terapi penyembuhan yang dapat dilakukan adalah dengan
operasi, terapi radiasi, kemoterapi, atau obat-obatan yang menghalangi produksi
hormon.
e)
Sindrom
Adrenogenital
Sindrom Adrenogenital
merupakan kelainan pada sistem endokrin karena terjadinya kekurangan produksi
glukokortikoid yang umumnya disebabkan oleh terjadinya kekurangan enzim
pembentuk glukokortikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya hormon adrenotropin
meningkat dan merangsang zona retikularis untuk menskresikan androgen sehingga
mengakibatkan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder pria pada seorang wanita,
yang disebut virilisme.
f)
Stroma
Struma merupakan
pembengkakan kelenjar tiroid sehingga menimbulkan benjolan pada leher bagian
depan. Penyebabnya antara lain karena adanya peradangan tumor atau kekurangan
yodium.
g)
Defisiensi
Adrenal
Beberapa orang
mempunyai permasalahan dengan produksi kelenjar adrenal sehingga tubuhnya
lemah, mudah lelah, sakit pada daerah perut, mual-mual, dan dehidrasi. Kondisi
tersebut disebabkan berkurangnya fungsi korteks adrenal yang menyebabkan
berkurangnya produksi hormon adrenal kortikosteroid. Perawatan yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan pengganti hormon kortikosteroid.
h)
Masalah
Hormon Tumbuh
Kelenjar
pituitari yang gagal memproduksi sejumlah hormon tumbuh yang diperlukan,
membuat pertumbuhan seorang anak terganggu. Hormon tumbuh yang diproduksi
secara berlebihan pada masa pertumbuhan akan membuat tulang dan bagian tubuh
lain tumbuh secara berlebihan dan menyebabkan gigantisme. Hipoglikemi (kadar
gula rendah) juga dapat timbul pada anak yang kekurangan hormon tumbuh,
biasanya pada bayi dan anak kecil.
i)
Diabetes
Terdapat dua jenis
diabetes, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
1)
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1
disebabkan pankreas gagal memproduksi cukup insulin. Gejalanya adalah
terus-menerus haus, lapar, buang air kecil, dan hilangnya berat badan. Pada
anak-anak dan remaja, kondisi tersebut biasanya disebabkan antibodi menyerang
dan menghancurkan sel pankreas yang memproduksi insulin. Penyakit tersebut
dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti masalah ginjal, kerusakan
saraf, kebutaan, dan penyakit jantung koroner dini dan stroke. Untuk mengontrol
kandungan gula dalam darah dan mengurangi risiko komplikasi diabetes,
penderitanya memerlukan suntikan insulin secara teratur.
2)
Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2
disebabkan tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang normal.
Anak-anak dan remaja yang mengidap penyakit ini akan kelebihan berat badan.
Gejala dan komplikasi yang timbul serupa dengan diabetes tipe 1. Beberapa
penderita dapat mengontrol kadar gula dalam darah dengan diet, berolahraga, dan
mengonsumsi obat-obatan. Namun, banyak pula yang memerlukan suntikan insulin
seperti penderita diabetes tipe 1.
3.
Gangguan pada Sistem Indra
a)
Indra
Penglihatan
1)
Astigmatis
Astigmatis (mata silindris)
adalah kelainan pada mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini
terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan
vertikal secara bersama-sama. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai
kacamata silindris.
2)
Hipermetropi
Hipermetropi (rabun
dekat) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat
benda dekat. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu pendek dan bayangan jatuh
di belakang bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata
berlensa cembung (positif).
3)
Miopi
Miopi (rabun jauh)
adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat jauh.
Hal itu terjadi karena bola mata terlalu panjang dan bayangan benda jatuh di
depan bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata
berlensa cekung (negatif).
4)
Presbiopi
Presbiopia (rabun dekat
danjauh) adalah kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat
dan jauh. Hal itu terjadi karena daya akomodasi mata mulai berkurang. Kelainan
ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa rangkap.
5)
Rabun Senja
Penderita rabun senja
(rabun ayam) tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika
cahaya mulai rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh
kekurangan vitamin A. Cara mencegah dan mengatasi gangguan ini ialah dengan
mengonsumsi rnakanan yang banyak mensandung vitamin A.
b)
Indra
Pendengaran
1)
Radang Telinga
Radang telinga dapat
terjadi di bagian luar maupun tengah. Radang telinga bagian luar terjadi karena
bakteri, jamur, atau virus yang masuk melalui berbagai cara. misalnya masuk
bersama air ketika berenang. Radang telinga tengah (otitis media) dapat terjadi
karena bakteri atau virus, misalnya virus influenza.
2)
Tuli Mendadak
Tuli mendadak merupakan
keadaan emergensi di telinga, dimana telinga mengalami ketulian secara
mendadak, kadang tanpa disertai keluhan, umumnya mengenai satu telinga.
3)
Perikondritis
Perikondritis adalah
suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa
terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul dengan
sengaja. Nanah akan terkumpul diantara
kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah
menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan kerusakan pada
kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi
perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
c) Indra Peraba
1)
Kusta
Kusta adalah sebuah penyakit
infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas.
2)
Kutu air
Kutu air adalah sebuah
infeksi jamur pada kulit, biasanya di
antara jari kaki yang disebabkan oleh jamur
parasit, penyakit ini menular.
3)
Panu
Panu merupakan salah satu penyakit kulit
yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai oleh bercak yang terdapat
pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Jamur yang menyebabkan
panau adalah Malassezia furfur.
4)
Jerawat
Jerawat mudah menyerang
kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang memasuki masa
remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak sangat rentan
terhadap jerawat.
d) Indra Pembau
1)
Anosmia
Anosmia adalah gangguan
pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit ini dapat
terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar kepala,
keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.
2)
Rhinitis Alergika
Rhinitis Alergika
terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap
partikel-partikel yang ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh
kita menyerang partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti
bersin-bersin dan hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang
artinya partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.
3)
Sinusitis
Sinusitis, merupakan
peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan dengan
rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu menahun (kronis).
e) Indra Pengecap
1)
Mati Rasa
Mati rasa dibedakan
menjadi dua yaitu bersifat sementara dan bersifat permanen. Mati rasa sementara
terjadi ketika kita memakan atau meminum sesuatu yang suhunya terlalu panas
atau terlalu dingin. Sedangkan mati rasa permanen terjadi karena rusaknya
jaringan saraf yang berhubungan dengan indra pengecap di otak karena si
penderita mengalami trauma pada bagian tertentu di otak.
2)
Glossopyrosis
Kelainan ini berupa
keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi
tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak
disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
3)
Kanker Lidah
Penyebab kanker lidah
salah satunya rokok. Asap yang lama mengepul di rongga mulut dan terkena lidah
bisa memicu kanker lidah. penyebab terbesar terjadinya kanker lidah karena
merokok, terutama yang lebih dari 2 pak per hari. Risiko tersebut akan meningkat
jika mengonsumsi alkohol. Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, radiasi,
sinar-X dan kemoterapi.
E. Teknologi
yang Berhubungan dengan Sistem Regulasi
Ada beberapa teknologi yang berhubungan dengan sisitem
regulasi. Teknologi itu antara lain :
1.
Somatosensory
Evoked Potential (SSEP), adalah pemeriksaan yang dipergunakan untuk melihat
atau mempelajari lesi-lesi yang letaknya lebih proksimal, sepanjang jaras
somato-sensorik (dengan kata lain yang tidak terjangkau dengan EMG – jadi dapat
yang bersifat Upper Neuron/UMN).
2.
Personal
Digital Assistant (PDA). Banyak orang yang menderita amnesia merasa terbantu
dengan penggunaan personal digital assistant (PDA), seperti Palm Treo,
BlackBerry atau iPhone. Dengan latihan dan praktek, orang dengan amnesia parah
sekali pun bisa menggunakan organizer elektronik ini untuk membantu tugas-tugas
mereka dari hari ke hari. Sebagai contoh, pasien bisa memprogram PDA untuk
mengingatkan peristiwa atau acara-acara penting atau untuk minum obat
3.
Elektroenchelpalograph/Elektro
Enselo Grafi (EEG), merupakan alat yang mempelajari gambar dari rekaman
aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya.
Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan
voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk
diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk
dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang alfa, beta, theta dan
sebagainya. Tujuan : Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa
penyakit yang berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan.
4.
Anestesi adalah
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Beberapa tipe anestesi adalah :
·
Pembiusan total yaitu hilangnya kesadaran total.
·
Pembiusan lokal yaitu hilangnya rasa pada daerah
tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).
·
Pembiusan regional yaitu hilangnya rasa pada bagian
yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau
saraf yang berhubungan dengannya.
F. Gaya
Hidup Sehat untuk Menghindari Gangguan pada Sistem Regulasi
Banyak
yang dapat kita lakukan untuk hidup secara sehat supaya dapat terhindar dari
berbagai macam penyakit pada sistem regulasi. Gaya hidup sehat yang dapat kita
lakukan diantaranya:
1.
Pola Hidup Sehat
Dengan pola
makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan
mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus
menyantap makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang
mengandung serat dan zat gizi lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga
lemak. Tentu saja semua dalam jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh. Dengan
pola makan sehat seperti ini maka sistem regulasi dapat berfungsi dengan baik.
2.
Istirahat yang Cukup
Salah satu
cara menjaga sistem regulasi adalah dengan tidur yang cukup. Setelah melakukan
aktifitas fisik dan otak seharian, manusia membutuhkan istirahat yang optimum
yang juga menjadi alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat karena pada saat
manusia melakukan ini, otot dan otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi
dan beristirahat.
3.
Olahraga Secara Teratur
Olahraga,
sebagai bagian dari gaya hidup sehat, karena dapat membantu mencegah masalah regulasi.
Kita dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau
jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu
berlebihan dapat membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres
berkurang dan meningkatkan kemampuan otak. Selain itu olahraga dapat
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju
otak.
4.
Hindari Stres
Stres memang
sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal
karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya
akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku.
Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan
mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka,
sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.
D.A Pratiwi,
dkk.2006.Biologi untuk Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.
Irman
Soemantri.2008.Sistem Pencernaan Makanan.Jakarta:Salemba Medika.
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda
kelapa pustaka.
http://edukasi-global.blogspot.com/2012/04/sisrtem-regulasi-pada-manusia-lengkap.html
http://www.mahfudcs.web.id/2012/04/materi-sistem-regulasi-manusia-sma.html#.UPDw6IDH3IU
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/elektro-enselografi-eeg.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/
http://www.anneahira.com/penyakit-sistem-saraf.htm
http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=111
http://www.permatailmugroup.wordpress.com/2010/06/25/agar-syaraf-sehat/
0 comments:
Post a Comment