Wednesday 8 May 2013

Makalah Regulasi


ARTIKEL BIOLOGI
 MAKALAH REGULASI



Di Susun Oleh :
Nur Mustika Aji Nugroho

XI IPA 1


     SMA N  2 WONOSARI
KABUPATEN  GUNUNGKIDUL
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan artikel yang berjudul “Sistem Regulasi”. Penulisan artikel adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Biologi Semester II di SMA N 2 WONOSARI.
Dalam penulisan artikel ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan artikel ini.
Akhirnya kami berharap semoga artikel ini membantu teman-teman mengetahui secara garis besar tentang Sistem Regulasi. Terimakasih kami ucapkan atas waktunya untuk membaca artkel kami.
                                                                                   

 Wonosari,    13 Januari 2014
     
                                                                                                        
                                                                                                      Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar   ..............................................................................................   2
Daftar Isi .........................................................................................................   3
A.    Sistem Regulasi pada Manusia   ..............................................................   4    
B.    Gangguan Pada Sistem Regulasi    ..........................................................   30
C.    Teknologi Yang Berhubungan Pada Sistem Regulasi   ...........................   39
D.    Gaya Hidup Sehat   .................................................................................   40              
   Daftar Pustaka    .............................................................................................   42              

Sistem Regulasi
A.    Sistem Regulasi Pada Manusia
Sistem saraf bekerja dengan cepat dalam menanggapi suatu perubahan lingkungan yang merangsangnya. Sistem saraf mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penerima dan penghantar rangsang ke seluruh bagian tubuh, serta  memberikan tanggapan terhadap rangsang tersebut.  Tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
1.    Reseptor, merupakan alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2.    Penghantar  impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3.   Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Rangsang yang berasal dari luar tubuh dapat berupa bau, rasa (pahit, manis), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan atau gaya berat. Rangsang dari dalam tubuh berupa rasa lapar, kenyang, sakit, dan lelah.

1.      Bagian-Bagian Sel Neuron (Sel Saraf)
Alat Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Sel-sel neuron terbagi atas beberapa bagian yaitu badan sel, dendrit, dan neurit (akson).
a.    Badan sel, berwarna kelabu, terdiri atas membran sel, sitoplasma (neuroplasma), nukleus, nukleolus, dan retikulum endoplasma. Retikulum endoplasma yang mengelompok pada sel saraf disebut badan nissl.

b.    Dendrit, merupakan lanjutan atau percabangan badan sel saraf. Dendrit berfungsi menerima impuls yang datang dari ujung akson lain, selanjutnya membawa impuls tersebut ke dalam badan sel saraf. Dendrit disebut juga serabut pendek neuron.

c.    Neurit (akson) disebut juga serabut panjang neuron. Neurit berfungsi meneruskan impuls yang berasal dari badan sel saraf ke sel-sel saraf yang lain. Bagian badan sel saraf yang berhubungan dengan akson berbentuk segitiga dinamakan akson hillcok. Neurit terbungkus oleh selubung mielin. Selubung ini tersusun oleh sel-sel Schwann. Mielin berfungsi sebagai isolator.  
Bagian neurit yang tidak berselubung mielin disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat jalannya impuls. Ujung neurit disebut terminal percabangan yang akan bertemu dengan ujung dendrit sel neuron yang lain. Pertemuan kedua ujung sel neuron yang berbeda disebut sinapsis. Neuron terbagi menjadi 3 macam berdasarkan fungsi, tempat impuls disalurkan, dan strukturnya. Perbedaan neuron dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut.


Ciri-Ciri
Neuron Sensori
Neuron Motorik
Neuron Konektor
Arah impuls
Dari reseptor ke sistem saraf pusat
Dari sistem saraf pusat ke efektor
Dari neuron sensori ke neuron motorik
Daerah yang berhubungan dengan dendrit
Reseptor
Neurit neueon yang lain
Neuron sensori
Daerah yang berhubungan dengan neurit
Dendrit neuron lain
Efektor
Neuron motorik
Struktur neurit
Panjang
Pendek
Pendek
Struktur dendrit
Pendek
Panjang
Panjang
Fungsi
Berfungsi menghantarkan impuls saraf dari indra ke otak atau ke sumsum tulang belakang
Menyampaikan perintah dari otak atau sumsum tulang belakan menuju ke efektor
Meneruskan rangsangan dari sel saraf sensori ke sel sarafmotorik
Tabel 1.1 Perbedaan Antara Neuron Sensorik, Neuron Motorik, dan Neuron Konektor

2.      Susunan Sistem Saraf
Secara garis besar susunan sistem saraf manusia dijelaskan pada diagram  berikut.
a.   Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf pada manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu  sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar dibedakan lagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat berfungsi mengatur dan mengendalikan sistem koordinasi. Pada bagian ini Anda akan mempelajari fungsi dan penyusun sistem saraf pusat.

1)   Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum. Bagian luar otak dan sumsum diselubungi oleh selaput meninges. Selaput meninges, tersusun sebagai berikut.
a)    Duramater, yaitu selaput terluar yang kuat dan melekat pada tulang tengkorak dalam.
b)   Arakhnoid, lapisan ini menyerupai sarang laba-laba.
c)    Piamater, merupakan lapisan paling tipis dan paling dalam dari selaput meninges. Selaput ini mengandung banyak sel darah.
d)   Ruang subarakhnoid, yaitu ruang yang berisi cairan pelindung yang disebut serebrospinal.
Di dalam otak terdapat cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi untuk melindungi dan menghantar zat makanan ke jaringan sistem saraf pusat, menahan goncangan, dan menjaga agar bagian otak mempunyai tekanan yang sama.

a)    Otak
 Otak terdiri atas 5 bagian, yaitu otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak depan (diensefalon), otak kecil (serebelum), dan jembatan Varol (ponds Varolii).

(1)     Otak Besar (Serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat penglihatan, Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yag berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.

(2)     Otak Tengah (Mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil (serebelum) dan jembatan Varol. Otak tengah berperan dalam refleks mata dan kontraksi otot yang terus menerus.

(3)     Otak Depan (Diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua lobus yaitu, thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang yang berasal dari reseptor (kecuali bau) ke area sensorik serebrum, serta melakukan persepsi rasa sakit dan rasa menyenangkan. Hipothalamus, merupakan pusat koordinasi sistem saraf tepi (otonom). Hipotalamus berfungsi mengatur suhu tubuh pada organisme homoiotermal. Akibatnya, suhu tubuh relatif tetap, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan. Hipothalamus berfungsi mengatur rasa lapar sehingga manusia melakukan kegiatan makan. Hipothalamus mengatur emosi, kadar air dalam tubuh, kegiatan produksi, tekanan darah, dan kadar gula dalam darah.

(4)     Otak Kecil (Serebelum)
Otak kecil terletak di bagian belakang di bawah otak besar. Otak kecil berfungsi meng- koordinasikan kerja otot, tonus otot, ke- seimbangan, dan posisi tubuh. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan (kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat dikoordinasikan. Keadaan seperti ini disebut ataxi.

(5)     Jembatan Varol (Ponds Varolii)
Jembatan Varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, serta menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan Varol berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.

b)   Sumsum
 Pada sistem koordinasi, sumsum terbagi menjadi 2 bagian yaitu sumsum lanjutan (medula oblongata) dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).

(1)     Sumsum Lanjutan (Medula Oblongata)
Sumsum lanjutan merupakan bagian paling belakang dari otak. Sumsum lanjutan paling atas disebut jembatan Varol. Sumsum lanjutan berfungsi mengatur denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, melakukan gerakan menelan, batuk, bersin, bersendawa, muntah, serta membantu pernapasan.

(2)     Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)
Sumsum tulang belakang merupakan lanjutan dari medula oblongata. Bagian ini terus berlanjut ke bawah sampai ke tulang belakang (vertebrae lumbalis) kedua. Seperti pada otak, bagian tengah berkas sarafnya mengandung cairan serebrospinal. Saluran cairan ini disebut kanal sentral.
 Sumsum tulang belakang berfungsi meng- hubungkan rangsang dari dan menuju otak. Selain itu sumsum ini juga memberi kemungkinan jalan terpendek pada gerak refleks.
Penampang melintang sumsum tulang belakang berbentuk kupu-kupu. Bagian luar (korteks) sumsum tulang belakang berwarna putih disebut substansi alba. Bagian dalam (medula) berwarna abu-abu disebut substansi grissea. Perhatikan gambar di bawah untuk lebih jelas melihat penampang melintang sumsum tulang belakang.
Pada gambar di atas, sumsum tulang belakang dibedakan menjadi sayap ventral dan sayap dorsal. Sayap ventral yaitu bagian yang mengarah ke perut. Bagian ini mengandung badan neuron motorik.
Sayap dorsal yaitu bagian yang mengarah ke punggung. Bagian sayap dorsal mengandung badan neuron sensorik. Impuls akan masuk melalui sayap dorsal dan keluar melalui sayap ventral. Mengenai jalannya impuls pada sistem saraf tersebut akan dibahas pada bagian selanjutnya. Namun, sebelumnya kita akan mempelajari terlebih dahulu fungsi dan penyusun sistem saraf tepi.

2)   Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi berfungsi menyampaikan informasi ke dan dari pusat pengatur. Sistem saraf tepi pada dasarnya terdiri dari lanjutan sel saraf. Sel-sel saraf ini berfungsi membawa impuls saraf atau rangsang saraf menuju dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan impuls saraf yang dibawa, sistem saraf tepi dibedakan menjadi:
a)    Sistem saraf afere, membawa impuls saraf dari reseptor ke susunan saraf pusat.  
b)   Sistem saraf eferen, membawa impuls saraf pusat ke efektor.
Di dalam otak terdapat cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi untuk melindungi dan menghantar zat makanan ke jaringan sistem saraf pusat, menahan goncangan, dan menjaga agar bagian otak mempunyai tekanan yang sama.
Susunan saraf tepi berdasarkan asalnya dibedakan menjadi saraf sumsum tulang belakang (spinal) dan saraf otak (kranial).
a)   Saraf sumsum tulang belakang (spinalis), yaitu saraf yang berjumlah 31 pasang saraf, memiliki ciri- ciri sebagai berikut.
(1)     Merupakan gabungan antara saraf sensorik yang masuk ke akar dorsal dan saraf motorik yang keluar dari akar ventral.
(2)     Merupakan lanjutan dari sumsum lanjutan (medula oblongata) hingga vertebrae lumbalis kedua. Saraf ini (nervi spinalis) berasal dari sumsum tulang belakang yang berwarna kelabu yaitu substansi grissea.
b)   Saraf otak (kranial), yaitu saraf yang berjumlah 12 pasang dan meliputi beberapa saraf yang terlihat dalam Tabel 1.2.
Urutan Saraf
Nama Saraf
Asal Impuls
Nama Saraf
Fungsi
I
Olfaktori
Epitel olfaktori (selaput lendir hidung)
Sensorik
Alat penciuman
II
Optik
Retina mata
Sensorik
Penglihatan
III
Okulomotor
Proprioseptor otot bola mata
Motorik
Penggerak bola mata dan mengangkat kelopak mata
IV
Troklear
Proprioseptor otot bola mata (obliq superior)
Motorik
Memutar mata dan penggerak bola mata
V
Trigeminal
Otot Kepala, wajah, rahang bawah, otot rahang
Sensorik dan Motorik
Gerak otot mata yang menyebabkan ekspresi sensasi pada gigi dan bagian kulit rahang serta gerakan rahang
VI
Abdusen
Proprioseptor otot bola mata rektus eksternal
Motorik
Gerakan bola mata
VII
Fasial
Ujung pengecap di ujung lidah, wajah, bibir, dan kelopak mata
Sensorik dan Motorik
Otot wajah dan kelenjar ludah
VIII
Auditori
Telinga dalam (koklea)
Sensorik
Pendengaran
IX
Glosofaring
Ujung pengecap lidah belakang dan faring
Sensorik dan Motorik
Sensasi, gerakan lidah dan faring
X
Vagus
Alat-alat dalam (jantung, paru-paru, lambung)
Sensorik dan Motorik
Sensasi, gerakan pada jantung dan organ lain
XI
Asesorispinal
Alat-alat dalam (jantung, paru-paru, lambung)
Motorik
Sensasi, gerakan pada jantung dan organ lain
XII
Hipoglosal
Otot lidah
Motorik
Gerakan ludah dan cita rasa

b.    Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)
Selain tersusun oleh sistem saraf sadar, sistem koordinasi juga tersusun oleh sistem saraf tak sadar yang disebut sistem saraf otonom.
Saraf yang mengendalikan gerak organ-organ dalam (visceral) secara otomatis disebut saraf otonom. Gerak organ dalam meliputi gerak organ jantung, otot polos, pupil, mengembang dan mengerutnya pembuluh darah, serta sekresi enzim dan keringat. Terdapat dua macam saraf otonom yaitu:
1)   Saraf simpatetik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) di daerah dada dan pinggang. Saraf simpatik umumnya berfungsi memacu atau mempercepat kerja organ-organ tubuh.
2)   Saraf parasimpatetik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion. Fungsi saraf parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh.

3.      Prinsip Penghantar Impuls
Rangsang yang diterima sel saraf dapat berasal dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Rangsang yang merambat disebut impuls. Impuls diterima oleh reseptor kemudian akan dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf. Saat impuls sampai pada akson, impuls akan diteruskan ke dendrit neuron lain.
Dalam sel saraf terjadi proses penghantaran impuls secara konduksi. Apabila tidak ada rangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan istirahat. Dalam keadaan ini saraf tidak meng- hantarkan impuls. Membran luar sel saraf bermuatan positif karena kelebihan kation atom Na+. Membran dalam sel saraf bermuatan negatif karena banyak ion K+ yang keluar akson. Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian karena peran pompa Na K dan sifat membran akson yang lebih permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+. Na+ dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran akson yang permeabel terhadap K, maka K+ dapat keluar lagi.
 Jika terjadi rangsang kuat, permeabilitas membran akan berubah. Akibatnya polarisasi membran juga berubah. Polarisasi mengalami pembalikan pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi. Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang hingga menyebabkan rantai reaksi. Dengan demikian, impuls berjalan sepanjang akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut. Waktu ini disebut waktu refraktori.
Proses penghantaran impuls yang kedua adalah peng- hantaran impuls antarsel saraf.
 Titik-titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan neuron lain disebut sinapsis. Akson pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan tombol sinapsis disebut membran pre-sinapsis. Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan rangsang.
 Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan bertemu dengan dendrit neuron yang lain. Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran post-sinapsis sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut terdapat suatu celah yang disebut celah sinapsis.
Bila impuls telah berada di ujung akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang disebut juga neuro- transmiter. Zat ini bersifat memacu dan menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron yang lain. Ada beberapa neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin, serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh sistem saraf.
Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas membran pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis melebur dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan neurotransmiternya ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke membran post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya neurotransmiter dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase. Jika neurotransmiternya dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil hidrolisis ini akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan lagi.
 Apabila tubuh  mendapatkan rangsang dari luar, dengan melakukan 2 macam proses penghantaran tersebut, impuls akan melalui jalur perjalanan sebagai berikut untuk menanggapinya.

Rangsang ð Reseptor ðNeuron sensorik ð Otak ð Neuron motorik ð Efektor

Selain gerakan melalui jalur itu, ada juga gerakan yang melalui jalur perjalanan berbeda yang disebut gerak refleks. Berikut adalah penjelasan mengenai gerak refleks.

Gerak Refleks
     Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian tiba-tiba misalnya menarik kaki dengan segera setelah menginjak puntung rokok yang masih menyala.
Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks spinalis dan refleks kranialis.
a.    Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor terdapat di sumsum tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh benda panas atau kaki terkena duri.
b.    Refleks otak (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat di otak. Contoh: gerakan mata terpejam karena kilat

B.    Sistem Endokrin
Selain sistem saraf, terdapat sistem kelenjar di dalam tubuh yang ikut menentukan keseimbangan dan regulasi, yaitu sistem hormon. Hormon merupakan suatu zat kimia yang diproduksi oleh tubuh, dalam konsentrasi kecil yang dapat menimbulkan efek fisiologis pada organ target. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin tubuh dan ditransportasikan dalam aliran darah.
Selain kelenjar endokrin, terdapat juga kelenjar eksokrin yang menyekresikan zat kimia. Perbedaannya terletak pada tempat kerja cairan kimia yang dihasilkannya. Kelenjar eksokrin disekresikan ke luar tubuh, seperti keringat dan enzim di mulut. Adapun hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin diedarkan di dalam tubuh oleh sistem peredaran darah.
Hormon bekerja secara efektif jika dalam jumlah yang sesuai, jika jumlah hormon yang disekresikan berlebih atau kurang, akan timbul kelainankelainan pada tubuh. Hormon dan sistem saraf bersama-sama mengatur regulasi tubuh, yaitu sebagai berikut.
a.    Mengatur kesetimbangan cairan tubuh dalam proses homeostatis (nutrisi,
metabolisme, kesetimbangan garam dan air, kesetimbangan gula hingga
ekskresi).
b.    Bereaksi terhadap rangsang dari luar tubuh.
c.    Berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
d.   Pengaturan dan penyimpanan energi.
e.    Mengatur produksi sel imun.
f.     Regulasi ion. istem endokrin membantu mengatur pH darah dan kadar Na+, K+, dan Ca2+ dalam darah.
g.    Menjaga keseimbangan cairan dengan mengendalikan konsentrasi larutan dalam darah.
h.    Mengatur detak jantung dan tekanan darah.
i.      Mengatur kadar gula dan zat lain dalam darah.
j.      Mengatur reproduksi pada pria maupun wanita.
k.    Mengatur kontraksi uterus dan produksi air susu dari kelenjar mamae pada wanita.

Sedangkan secara lebih spesifik, hormon-hormon ini antara lain berfungsi untuk:
a.       Mengatur; komposisi kimiawi dan volume cairan interstisial, metabolisme dan keseimbangan energi, kontraksi otot polos dan otot jantung, sekresi kelenjar, beberapa aktivitas sistem imun.
b.      Mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
c.       Mengatur kinerja sistem reproduksi (Tortora & Derrickson: 2009)

Hormon ini diproduksi dari kumpulan sel dalam suatu kelenjar, kemudian di disekresikan ke ruang interstisial, masuk ke sistem sirkulasi untuk kemudian diangkut menuju jaringan tertentu yang disebut dengan jaringan target. Dalam sel target terdapat reseptor tertentu yang dapat mengenali hormon tertentu, sehingga tidak semua sel atau jaringan akan terpengaruh oleh hormon tersebut.
       Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon antara lain:

1.    Hipotalamus dan kelenjar pituitari atau hipofisis.
            Hipotalamus dan kelenjar hipofisis adalah lokasi utama di mana sistem saraf dan sistem endokrin berhubungan. Hipotalamus mengatur sekresi kelenjar hipofisis. Kelenjar pituitari mensekresi 9 hormon utama yang berfungsi untuk mengatur beberapa fungsi tubuh dan mengatur sekresi dari beberapa kelenjar lain. Kelenjar ini terletak di fossa hipofiseal dari sella turcica di tulang sphenoid, dan dihubungkan dengan hipotalamus oleh jaringan yang disebut infundibulum.

            Hipotalamus menghasilkan hormon yang disebut dengan neurohormon dan bekerja pada sel target yaitu sel pituitari anterior. Hormon ini dapat berupa releasing hormone (meningkatkan sekresi hormon pada kelenjar pituitari anterior) atau inhibiting hormone (menghambat sekresi hormon). Hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus adalah:
1.    Growth Hormone-Releasing Hormone (GHRH) berfungsi meningkatkan sekresi Growth Hormone (GH) atau hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari anterior.
2.    Growth Hormone-Inhibiting Hormone (GHIH) atau disebut juga somatostatin adalah hormon yang menghambat sekresi hormon pertumbuhan (Growth Hormone) dari kelenjar pituitari anterior.
3.    Thyroid-releasing hormone (TRH) berfungsi untuk merangsang sekresi TSH (Thyroid-stimulating hormone)
4.    Corticotropin-releasing hormone (CRH) berfungsi merangsang sekresi hormon ardenokortikotropik (ACTH)
5.    Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) berfungsi merangsang sekresi LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle-stimulating hormone).
6.    Prolactin-releasing hormone (PRH) merangsang sekresi prolaktin
7.    Prolactin-inhibiting hormone (PIH) menghambat sekresi prolaktin.

     Kelenjar pituitari dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu pituitari posterior (neurohipofisis) dan pituitari anterior (adenohipofisis).

a.  Neurohipofisis
Neurohipofisis terhubung dengan otak. Sekresi yang dihasilkan disebut neurohormon karena merupakan ekstensi dari sistem saraf. Neurohipofisis (pituitari posterior) mensekresikan hormon antidiuretik dan hormon oxytosin. Hormon antidiuretik (Antidiuretic Hormon (ADH)) atau vasopresin disintesis oleh badan sel neuron dalam inti supraoptik hipotalamus dan diangkut oleh akson ke pituitari posterior untuk kemudian disimpan dalam akson terminal. ADH dilepaskan oleh akson terminal dan melalui darah dibawa ke jaringan target, yaitu ginjal, untuk melaksanakan fungsinya yaitu reabsorpsi air dan mengurangi volume urine. Kekurangan ADH menyebabkan diabetes insipidus.

Oxytosin disintesis oleh nuklei paraventrikuler di hipotalamus. Oxytosin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dan merangsang sekresi air susu melalui kontraksi otot polos di kelenjar mamae.

b.   Adenohipofisis
Adenohipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pars tuberalis, pars distalis, dan pars intermedia. Hormon yang disekresikan dari pituitari anterior ini disebut tropic hormone yang mempengaruhi sekresi hormon dair kelenjar endokrin yang lain. Hormon tropik ini meliputi GH, ACTH, LH, FSH, Prolaktin, dan TSH. GH atau somatotropin berfungsi untuk mengatur pertumbuhan pada hampir semua jaringan. Hiposekresi dari ADH menyebabkan dwarfisme, kekerdilan karena tulang lambat bertumbuh. Hipersekresi ADH menyebabkan gigantisme dan akromegali. ACTH berfungsi untuk merangsang sekresi hormon terutama cortisol di korteks adrenal. LH dan FSH berfungsi untuk merangsang pembentukan gamet dan mengatur produksi hormon reproduksi. Prolaktin berfungsi untuk merangsang pembentukan air susu di kelenjar mamae pada wanita. Sedangkan TSH berfungsi untuk merangsang sintesis dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid.

2.    Kelenjar Tiroid
            Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh jaringan yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel, yang tiap lumennya terisi oleh protein yang disebut tiroglobulin yang merupakan tempat penyimpanan hormon tiroid. Sel parafolikuler tersebar di antara folikel-folikel membentuk dinding folikel. Sel tersebut mensekresikan calcitonin yang berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Hormon tiroid mencakup Triiodotironin (T3) yang berfungsi dan Tetraiodotironin (T4) atau tiroksin. Hormon tiroid diangkut melalui plasma protein di sistem peredaran. Sekitar 70% - 75% diikat oleh thyroxin-binding globulin (TBG) yang disintesis di hati dan sisanya diikat oleh protein plasma lain, termasuk albumen.

            Hormon tiroid berfungsi untuk meningkatkan kecepatan metabolisme dan berperan dalam proses pertumbuhan. Hipersekresi hormon tiroid disebut hipertiroidisme, mencakup penyakit Grave, tumor atau kanker, tiroiditis, thyroid storm.  Hiposekresi hormon tiroid atau disebut hypothyroidism mencakup defisiensi iodin, goiter, kretinisme, penyakit Hashimoto.

3.    Kelenjar Paratiroid
            Kelenjar paratiroid menempel di bagian posterior dari masing-masing lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini mensekresikan parathyroid hormone (PTH). Kelenjar ini berperan dalam mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini adalah parathormon yang berfungsi mengendalikan kadar kalsium dalam darah.
4.    Kelenjar Adrenal
            Kelenjar adrenal disebut juga kelenjar suprarenal terletak di ginjal bagian ujung superior. Kelenjar adrenal terdiri dari bagian dalam yang disebut medulla dan bagian luar yang disebut korteks. Medulla terdiri dari sel-sel polihedral yang terletak di pusat kelenjar, sedangkan korteks dibagi menjadi 3 bagian, yaitu zona glomerulosa bagian paling luar, zona fasciculata bagian tengah dan yang paling tebal, dan zona reticularis bagian yang paling dalam.

            Bagian medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinephrine) yang berfungsi untuk meningkatkan kadar gula darah dengan memecah glikogen, mempercepat pemecahan glikogen dalam otot serta lemak pada jaringan adiposa, dan noradrenalin. Adrenalin dan noradrenalin (norepinephrine) berfungsi untuk meningkatkan detak jantung.

            Bagian korteks mensekresi hormon mineralocorticoid (zona glomerulosa) yang berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ dan H+; glucocorticoid (zona fasciculata) yang berfungsi untuk meningkatkan pemecahan protein dan lemak, meningkatkan produksi glukosa, dan menghambat respon imun; dan androgen (zona reticularis) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut pubik dan aksilaris pada wanita.

5.    Pankreas
            Pankreas terletak di belakang peritoneum di antara cekung lambung terbesar dan duodenum. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin sekaligus kelenjar endokrin. Bagian endokrin yaitu pulau Langerhans yang terdiri dari alpha cell yang menghasilkan glukagon (berfungsi meningkatkan perombakan glikogen dan melepaskan glukosa ke sistem sirkulasi), beta cell menghasilkan insulin (meningkatkan penggunaan glukosa dan sistesis glikogen), dan delta cell yang mensekresikan somatostatin (menghambat sekresi glukagon dan insulin).

6.    Organ Reproduksi (Gonad)
            Organ reproduksi yang meliputi ovarium, testis, dan placenta juga mensekresi hormon yang digunakan untuk sistem reproduksi. Selain dari organ-organ tersebut, hormon reproduksi juga dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Pada pria, kelenjar endokrin sistem reproduksi utama ada pada testis. Hormon yang diproduksi oleh testis adalah testosteron yang bersama-sama dengan LH dan FSH berfungsi untuk mengatur sistesis sel sperma  dan perkembangan organ reproduksi serta ciri kelamin sekunder pada pria.

            Sedangkan pada wanita, ovarium adalah kelenjar utama yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron serta relaxin. Estrogen dan progesteron berfungsi untuk merangsang perkembangan uterus dan kelenjar mamae, struktur genital eksternal, ciri kelamin sekunder, siklus menstruasi. Hormon estrogen lebih dominan untuk mengatur tingkah laku seksual pada wanita. Relaxin berfungsi untuk meningkatkan elastisitas simfisis pubis. Testis dan ovarium sama-sama mensekresikan hormon inhibin yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH.

7.    Badan Pineal
            Badan pineal yang terletak di epitalamus pada otak menghasilkan 2 hormon yang bekerja pada hipotalamus atau di gonad untuk menghambat fungsi reproduksi, yaitu hormon malatonin (menghambat GnRH, menghambat reproduksi, mengatur siklus tidur) dan arginin vasotosin (menghambat GnRH).

8.    Timus
            Timus berada di leher, dan menghasilkan hormon timosin yang berperan dalam sistem imun.              

C.    Sistem Indra
Alat tubuh dapat menangkap rangsang karena memiliki ujung saraf sensorik tertentu disebut indra. Penerima rangsang pada indra sangat spesifik terhadap macamnya rangsang. Penerima rangsang tersebut antara lain:
1. Eksteroseptor : penerima rangsang dari luar,
2. Interoseptor    : penerima rangsang dari dalam tubuh,
3. Proprioseptor : penerima rangsang yang berada dalam otot.

 Ada 5 macam alat indra pada tubuh manusia, yaitu indra penglihat, indra pendengar, indra peraba dan perasa, indra pencium, dan indra pengecap. Berikut ini akan dibahas secara rinci alat indra tersebut satu persatu.   

1.        Indra Penglihat (Mata)
Mata merupakan alat indra yang dapat menerima rangsang cahaya. Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan berbeda, yaitu:
a.    lapisan luar yang terdiri atas sklera dan kornea;
b.    lapisan tengah yang berisi koroid, badan silia, dan iris;
c.    lapisan dalam, tempat retina.

Bagian mata yang paling besar dan berwarna putih adalah sklera. Sklera merupakan tempat otot mata melekat, di dalamnya terdapat jaringan ikat yang berwarna putih. Perhatikan Gambar 9.23.  

Lapisan bening di depan sklera, tempat cahaya masuk dinamakan kornea. Di dalam kornea terdapat cairan pengisi mata, yaitu aqueos humor. Cahaya yang masuk mata diatur intensitasnya oleh sebuah kepingan yang bernama iris. Iris mempunyai banyak pembuluh darah dan mengandung pigmen warna yang menyebabkan adanya perbedaan warna pada mata. Fungsi iris mirip dengan diafragma pada kamera foto. Jika intensitas cahaya tinggi, lubang tempat cahaya masuk dipersempit. Begitu pula sebaliknya. Pada iris, bagian lubang yang berubah sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk dinamakan pupil. Pupil terletak di bagian tengah iris. Pupil inilah yang merupakan gerbang cahaya masuk ke mata. Pergerakan pupil didukung oleh otot halus yang berada di sekitar pupil.

Di belakang iris terdapat sebuah lensa bikonveks untuk memfokuskan cahaya yang masuk sehingga bayangan yang dilihat jelas. Pergerakan lensa dilakukan oleh suatu otot mata. Lensa dibangun oleh protein yang disebut protein kristalin. Protein tersebut sangat jernih sehingga memungkinkan cahaya masuk ke dalam mata. Kemampuan mata untuk memfokuskan cahaya yang masuk disebut daya akomodasi mata. Seperti halnya kamera fotografi, mata mempunyai jarak fokus terdekat maksimal untuk dapat berakomodasi. Sementara itu, untuk pandangan jarak jauh fokus lensa mata tidak terbatas.

Di antara retina dan iris, terdapat cairan pengisi yang disebut cairan vitreal. Pada bagian retina inilah, rangsang cahaya diubah menjadi impuls saraf yang dikirim ke sistem saraf pusat. Bayangan yang dibiaskan oleh lensa mata akan jatuh di daerah sempit di retina yang disebut fovea.

Pada retina terdapat sel batang yang sensitif terhadap cahaya redup dan tidak dapat membedakan warna. Selain itu, terdapat juga sel kerucut yang sensitif terhadap cahaya terang dan dapat membedakan warna. Sel batang dan sel kerucut banyak mengandung pigmen penglihatan retinal (turunan vitamin A) yang terikat pada protein membran yang disebut opsin. Struktur opsin berbeda-beda pada tiap jenis fotoreseptor dan kemampuan penyerapan cahaya retina bergantung pada jenis opsin yang dimiliki.

Sel batang memiliki jenis opsin tersendiri yang dipadukan dengan retinal menjadi pigmen penglihatan yang disebut rhodopsin. Pada saat rhodopsin menyerap cahaya, komponen kimiawi retina berubah bentuk dan memicu implus saraf ke otak. Saat gelap, enzim mengubah retina kembali ke bentuk semula dan bersama opsin membentuk rhodopsin. Cahaya terang mencegah pembentukan kembali rhodopsin dan sel batang menjadi tidak responsif. Pada saat inilah sel kerucut bekerja.

Terdapat tiga jenis sel kerucut dengan jenis opsin yang berbeda. Setiap opsin akan berpadu dengan retinal. Semua pigmen penglihatan pada sel kerucut ini disebut photopsin. Tiga jenis sel kerucut, yakni sel kerucut merah, sel kerucut hijau, dan sel kerucut biru bergantung pada jenis photopsinnya. Persepsi otak terhadap warna selain merah, hijau dan biru, bergantung pada rangsang yang didapat dari dua atau tiga jenis sel kerucut. Misalnya, jika sel kerucut merah dan hijau terangsang maka kita akan melihat warna kuning atau oranye.

Buta warna disebabkan oleh kerusakan atau tidak terdapatnya satu jenis sel kerucut atau lebih. Buta warna umumnya terjadi pada laki-laki karena merupakan kelainan turunan yang terpaut kromosom X.

Di bagian fovea terdapat daerah yang peka terhadap cahaya disebut bintik kuning, sedangkan bagian yang tidak peka terhadap cahaya disebut bintik buta. Bayangan yang jatuh di daerah bintik buta tidak akan diterjemahkan oleh otak sebagai bayangan.

2.        Indra Pendengar (Telinga)
Telinga adalah organ yang terspesialisasi menerima rangsang berupa getaran. Selain berfungsi dalam indra pendengaran, telinga juga menentukan keseimbangan posisi kepala. Telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.
a)        Telinga Bagian Luar
Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga dan saluran pendengaran. Daun telinga berfungsi memaksimalkan daya tangkap getaran suara. Adapun saluran pendengaran merupakan bagian lubang telinga. Saluran pendengaran mempunyai mekanisme pencegahan masuknya benda asing. Mekanisme tersebut berupa rambut kecil penyaring udara dan melapisi saluran dengan suatu lapisan lilin. Dalam beraktivitas pasti akan selalu ada benda asing yang masuk ke dalam saluran telinga sehingga lapisan lilin menggumpalkannya menjadi kotoran telinga yang disebut dengan serumen.

b)       Telinga Bagian Tengah
Membran timpani menjadi awal dari saluran telinga bagian tengah. Pada bagian ini, terdapat tulang-tulang kecil pendengaran yang terdiri atas. Tulang martil (maleus), tulang landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes).

Tulang-tulang tersebut merupakan tulang terkecil yang berada dalam tubuh kita. Namun, ketiga jenis tulang berperan penting dalam perambatan getaran suara di dalam telinga. Dari membran timpani, getaran suara dirambatkan ke tulang martil, lalu ke tulang landasan, dan akhirnya ke tulang sanggurdi yang posisinya melekat dengan sebuah tingkap oval. Tingkap oval atau tingkap jorong tersebut merupakan sebuah membran tipis di dalam telinga.

Di bagian tengah telinga, terdapat saluran Eustachius yang meng- hubungkan saluran telinga tengah dengan saluran pencernaan di rongga mulut. Saluran tersebut menyeimbangkan tekanan udara yang berada di bagian luar dan dalam telinga sehingga membran timpani tidak terganggu (pecah).

c)        Telinga Bagian Dalam
Di bawah tingkap oval, terdapat membran lainnya, yaitu tingkap bundar. Dari tingkap bundar, getaran dirambatkan ke bagian telinga dalam yang dimulai dari bagian rumah siput (cochlea). Di dalamnya terdapat suatu cairan  yang dipisahkan oleh sebuah membran. Di dalam rumah siput terdapat juga rambut-rambut silia yang peka terhadap getaran, serta organ korti yang merupakan organ untuk pendengaran. Getaran akan dirambatkan menuju cairan di dalam rumah siput yang akan menggetarkan membran basal di dalamnya sehingga menyebabkan rambut getar mengalami depolarisasi. Dari bagian rambut getar, kemudian getaran yang datang dari luar diubah menjadi impuls saraf yang akan dikirim ke otak menuju saraf akustik.

d)       Saluran Keseimbangan
Di Saluran pendengaran menjadi salah satu organ keseimbangan tubuh. Hal tersebut karena dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran kecil di atas rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis. Kanalis semisiklularis terdiri atas tiga saluran setengah lingkaran. Satu saluran berada dalam posisi horizontal yang disebut ampula, sedangkan dua bagian lainnya dalam posisi vertikal, yaitu skula dan utrikula.

Di dalam kanalis semisirkularis terdapat cairan dan rambut getar yang berfungsi sebagai alat pengenal posisi sehingga kita dapat menjaga keseimbangan tubuh. Selain itu, di dalam saluran ini juga terdapat suatu protein dan kalsium karbonat yang ikut menentukan posisi tubuh, yaitu otolit. Bersama dengan cairan yang berada di dalam kanalis semisirkularis, otak dapat memahami posisi tubuh kita dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh.

3.        Indra Peraba dan Perasa (Kulit)
Kulit merupakan reseptor tubuh yang paling luas dan paling pertama menerima informasi dari lingkungan. Di dalam kulit, tersimpan banyak sekali reseptor mekanis (mechanoreceptor) sehingga kita dapat merasakan dingin, panas, tekanan, hingga rasa sakit. Umumnya, reseptor berada di bawah folikel akar rambut sehingga diduga ada hubungan antara rambut di kulit dengan sensitivitas kulit terhadap rasa tertentu. Anda dapat membuktikan bagaimana rasa sakit akibat rambut kaki yang dicabut jika dibandingkan dengan rambut di kepala. Di bawah kulit, setidaknya ada lima jenis sel saraf reseptor yang menerima informasi berbeda, yaitu:
a.    Ruffini, peka terhadap rangsang suhu panas;
b.   Krause, peka terhadap rangsang suhu dingin;
c.    Paccini, peka terhadap rangsang tekanan, dan sentuhan;
d.   Meissner, peka terhadap rangsang tekanan dan sentuhan;
e.    Ujung saraf bebas, peka terhadap rangsang tekanan ringan dan rasa sakit. 

Kerja kelima sel saraf tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe reseptor, yaitu termoreseptor (Ruffini dan Krause), mekanoreseptor (Meisner dan Paccini), dan reseptor rasa sakit (ujung saraf bebas). Mekanoreseptor banyak terdapat di ujung jari, bibir, telapak kaki, dan alat kelamin. Ujung- ujung reseptor rabaan juga terdapat pada folikel rambut di dalam lapisan dermis.

Reseptor rasa sakit atau nyeri dibedakan dari mekanoreseptor karena memang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Reseptor rasa sakit dapat dikatakan sebagai reseptor kimia yang berada di luar hidung dan lidah. Reaksi kerja yang terjadi akibat sensasi rasa sakit di kulit diciptakan oleh pelepasan enzim dari jaringan yang rusak atau terluka sehingga akan mengubah protein tertentu di dalam darah menjadi suatu zat kimia, yaitu bradikinin, yang mengaktifkan reseptor rasa sakit.

4.        Indra Pencium (Hidung)
Selain sebagai alat respirasi, hidung juga merupakan organ sensorik yang terspesialisasi untuk menangkap rangsang kimia. Di udara, rangsang kimia yang ringan dibawa dalam bentuk gas yang kemudian diterima oleh kemoreseptor berisi silia di hidung yang disebut reseptor olfaktori.

Silia tersebut diminyaki oleh lapisan lendir. Pada lapisan membran silia, terdapat enzim yang akan mengkatalisis proses perubahan sinyal kimia menjadi impuls saraf sehingga menciptakan perubahan potensial aksi. Impuls saraf yang dihasilkan akan dikirim ke bagian otak, yaitu saraf kranial olfaktori I.

5.        Indra Pengecap (Lidah)
Lidah merupakan bagian dari reseptor kimia tubuh lainnya. Organ yang menerima rangsangan ini adalah ujung pengecap yang berada di lidah. Jumlah ujung pengecap ini dapat mencapai 10.000 buah yang tersembunyi di antara tonjolan-tonjolan lidah (papila).
 Setiap ujung pengecap, memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap rasa. Pada dasarnya, rasa sangat beragam sekali, tapi hanya ada empat macam rasa yang umum kita kecap, yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Setiap bagian di lidah mempunyai sensitivitas berbeda terhadap sensasi empat rasa tersebut.

Setiap sensasi rasa yang diberikan akan diterima oleh reseptor di dalam ujung pengecap yang akan membuat perbedaan potensial sehingga impuls saraf dapat dialirkan ke sistem saraf pusat. Bagian otak yang menerima rangsangan ini adalah saraf kranial VII (fasial) dan saraf kranial IX (glosofaringeal).

D.     Gangguan pada Sistem Regulasi Manusia
Gangguan pada sistem regulasi dapat terjadi pada sistem saraf, sistem hormon, dan sistem indra. Berikut ini beberapa gangguan yang umum dijumpai pada sistem regulasi. 
1.  Gangguan Sistem Saraf Pusat
a)   Stroke
Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada otak yang dipicu oleh terhalangnya aliran darah atau hilangnya darah di pembuluh darah dalam otak.
Penderita stroke mempunyai masalah dengan reaksi motorik (gerakan pada bagian tubuh tertentu) sehingga menyebabkan kelumpuhan. Jika bagian otak tidak mendapat suplai nutrisi, akan terjadi kematian  pada bagian sel sarafnya. Jika semua bagian otak tidak mendapatkan nutrisi dalam waktu lima menit saja, dapat mengakibatkan kematian. Stroke disebut juga sebagai kematian sebagian sel saraf di otak. Penyebab stroke yang paling umum adalah tekanan darah tinggi atau arterosklerosis atau kedua-duanya.

b)   Maningitis
Penyakit sistem saraf ini disebabkan karena terjadinya peradangan pada meninges. Penyakit sistem saraf ini dapat menular, dan ditularkan melalui virus. Virus tersebut yang kemudian menginfeksi selaput saraf pada manusia.  

c)    Koma
Koma diartikan sebagai periode panjang seseorang pada kondisi tidak tersadarkan diri dan tidak dapat dirangsang bahkan dengan stimuli yang paling menyakitkan. Koma dapat diakibatkan oleh benturan pada otak

d)   Tremor
Tremor adalah kondisi tubuh dan alat gerak yang tidak dapat menahan goncangan tubuh. Penderita lanjutannya adalah penyakit Parkinson, yaitu kelainan otak yang ditandai dengan gemetar dan kesulitan berjalan, bergerak, dan regulasi
.
e)    Sklerosis Ganda
Sklerosis ganda adalah salah satu penyakit utama pada sistem saraf pusat. Orang dengan penyakit ini mengalami pengurangan mielin yang mengakibatkan gangguan pada kemampuan saraf untuk menghantarkan impuls elektrik dari dan ke otak. Beberapa gejalanya adalah lemas pada kaki dan lutut, hilangnya keseimbangan, penglihatan kabur, dan berkurangnya kemampuan berbicara.

f)    Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit sistem saraf yang berupa kehilangan kemampuan untuk peduli kepada diri sendiri. Penderita penyakit sistem saraf ini kehilangan kemampuan dalam hal mengingat peristiwa yang baru terjadi. Penderita penyakit sistem saraf ini kemudian menjadi bingung, menjadi pelupa, sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama, bahkan tersesat saat berada di tempat yang tak asing baginya atau sering dikunjungi.

g)   Epilepsi
Epilepsi merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan karena adanya gangguan penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, penderita tumor otak, trauma pada kepala, pengguna obat-obat bius dan penderita cacat otak bawaan. Penderita epilepsi sering mengalami kejang-kejang sampai dari mulutnya mengeluarkan cairan seperti busa. Epilepsi dapat disembuhkan dengan berobat teratur. 

h)   Migrain
Penyakit sistem saraf ini mengakibatkan penderitanya merasakan sakit di sebagian kepalanya. Bagian sebelah kiri maupun kanan. Penyakit sistem saraf ini cenderung dianggap sepele. Namun bila dibiarkan, penyakit sistem saraf ini dapat merusak sel-sel saraf pada otak menjadi rusak. 

i)     Amnesia
Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak.

j)     Polio
Polio merupakan penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh infeksi virus pada sel-sel saraf motorik otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini menular dan jika sudah menyerang tidak dapat diobati. Penularannya dapat melalui makanan. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksin antipolio yang diberikan pada bayi melalui imunisasi oral (diminumkan).    

k)   Parkinson
Parkinson merupakan penyakit akibat berkurangnya neurotransmiter dopamin pada basal ganglia (nukleus otak besar). gejala penyakit parkinson adalah tangan gemetar, sulit bergerak, dan kekakuan otot. Parkinson biasanya diderita pada orang yang berusia 40 tahun keatas. 

l)     Rabies
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies, seperti anjing, kucing, dan kera. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus bergerak ke arah perifer dalam serabut saraf eferen, saraf volunter, maupun saraf otonom. Dengan demikian, virus tersebut menyerang hampir setiap organ dan jaringan di dalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah dan ginjal.     

m)   Sakit Kepala
  Epilepsi Penyakit sistem saraf ini sepertinya merupakan penyakit yang paling banyak dikeluhkan oleh manusia. Penyebabnya, sebagian besar berasal dari tingkat ketegangan pada sistem saraf manusia. Jika sudah begini, kepala akan terasa sangat berat dan biasanya sering diikuti oleh hilangnya keseimbangan tubuh.

n)   Transeksi
Transeksi adalah kerusakan sebagian atau seluruh segmen tertentu dari sumsum tulang belakang. Kerusakan tersebut dapat diakibatkan, misalnya terjatuh atau benturan keras. Apabila sumsum tulang belakang mengalami transeksi pada bagian di dekat kepala, dapat menimbulkan kematian. gangguan pada sumsum tulang belakang dibagian dekat kepala dapat mengganggu saraf-saraf pernapasan. Adapun transeksi pada sumsum tulang belakang bagian bawah, dapat menimbulkan kelumpuhan. 

o)   Vertigo
Vertigo mengakibatkan penderitanya menjadi pusing kepala, kehilangan keseimbangan, tetapi justru kepala terasa sangat ringan, melayang dan sering mengalami gangguan jika berada di ruangan.  

2.  Gangguan Sistem Hormon
a)   Pubertas Dini
Perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas dapat timbul secara dini pada anak-anak jika hormon pituitari yang menstimulasi gonad meningkat secara dini. Pengobatan melalui suntikan dapat dilakukan untuk menekan sekresi hormon-hormon pituitari (gonadotropin) dan menahan kemajuan perkembangan seksual pada anak-anak sebelum waktunya

b)   Hipertiroidisme
Koma Hipertiroid merupakan kondisi kadar hormon tiroid dalam darah sangat tinggi. Gejala yang timbul berupa hilangnya berat badan, gugup, tremor, keringat berlebih, laju detak jantung dan tekanan darah tinggi, mata yang menonjol, dan hiperaktif. Penyakit ini dapat diobati dengan pengobatan, pembuangan atau penghancuran kelenjar tiroid dengan operasi atau terapi radiasi.  

c)    Hipotiroidisme
Hipotiroidisme merupakan kebalikan dari hipertiroid, yaitu kadar hormon tiroid dalam darah sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan lambatnya proses-proses dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lemah, laju detak jantung rendah, keringnya kulit, dan penambahan berat badan. Karena kadar hormon tiroid dalam darah rendah, kelenjar tiroid berusaha memproduksinya. Hal tersebut berakibat pada membengkaknya kelenjar tiroid yang dikenal dengan penyakit gondok.
Untuk mencegah dan mengobatinya, pasien diberi zat yodium sehingga produksi hormon tiroidnya kembali normal. Selain itu, hipotiroid pada anak- anak dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan (kekerdilan) dan tertundanya pubertas. Kondisi ini disebut kretinisme. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan tidak adanya atau tidak sempurnanya kelenjar tiroid dapat mengidap hipotiroidisme. Kondisi tersebut dapat diobati dengan pemberian pengganti hormon tiroid secara oral.
.
d)   Sindrom Cushing
Penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengobati suatu penyakit, ternyata dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru. Sindrom cushing disebabkan oleh jumlah hormon glukokortikoid yang berlebih pada tubuh. Pada anak-anak, biasanya terjadi jika mereka mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid sintetis (seperti prednisone) dalam dosis yang besar untuk menyembuhkan penyakit autoimun, seperti lupus. Gejala yang muncul dalam jangka waktu panjang adalah obesitas, kegagalan tumbuh, lemahnya otot-otot, kulit mudah teriritasi, jerawat, tekanan darah tinggi, dan perubahan psikologi. Terapi penyembuhan yang dapat dilakukan adalah dengan operasi, terapi radiasi, kemoterapi, atau obat-obatan yang menghalangi produksi hormon.  

e)    Sindrom Adrenogenital
Sindrom Adrenogenital merupakan kelainan pada sistem endokrin karena terjadinya kekurangan produksi glukokortikoid yang umumnya disebabkan oleh terjadinya kekurangan enzim pembentuk glukokortikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya hormon adrenotropin meningkat dan merangsang zona retikularis untuk menskresikan androgen sehingga mengakibatkan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder pria pada seorang wanita, yang disebut virilisme.

f)    Stroma
Struma merupakan pembengkakan kelenjar tiroid sehingga menimbulkan benjolan pada leher bagian depan. Penyebabnya antara lain karena adanya peradangan tumor atau kekurangan yodium.

g)   Defisiensi Adrenal
Beberapa orang mempunyai permasalahan dengan produksi kelenjar adrenal sehingga tubuhnya lemah, mudah lelah, sakit pada daerah perut, mual-mual, dan dehidrasi. Kondisi tersebut disebabkan berkurangnya fungsi korteks adrenal yang menyebabkan berkurangnya produksi hormon adrenal kortikosteroid. Perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengganti hormon kortikosteroid. 
h)   Masalah Hormon Tumbuh
Kelenjar pituitari yang gagal memproduksi sejumlah hormon tumbuh yang diperlukan, membuat pertumbuhan seorang anak terganggu. Hormon tumbuh yang diproduksi secara berlebihan pada masa pertumbuhan akan membuat tulang dan bagian tubuh lain tumbuh secara berlebihan dan menyebabkan gigantisme. Hipoglikemi (kadar gula rendah) juga dapat timbul pada anak yang kekurangan hormon tumbuh, biasanya pada bayi dan anak kecil.

i)     Diabetes
Terdapat dua jenis diabetes, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan pankreas gagal memproduksi cukup insulin. Gejalanya adalah terus-menerus haus, lapar, buang air kecil, dan hilangnya berat badan. Pada anak-anak dan remaja, kondisi tersebut biasanya disebabkan antibodi menyerang dan menghancurkan sel pankreas yang memproduksi insulin. Penyakit tersebut dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti masalah ginjal, kerusakan saraf, kebutaan, dan penyakit jantung koroner dini dan stroke. Untuk mengontrol kandungan gula dalam darah dan mengurangi risiko komplikasi diabetes, penderitanya memerlukan suntikan insulin secara teratur.

2) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 disebabkan tubuh tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang normal. Anak-anak dan remaja yang mengidap penyakit ini akan kelebihan berat badan. Gejala dan komplikasi yang timbul serupa dengan diabetes tipe 1. Beberapa penderita dapat mengontrol kadar gula dalam darah dengan diet, berolahraga, dan mengonsumsi obat-obatan. Namun, banyak pula yang memerlukan suntikan insulin seperti penderita diabetes tipe 1.

3.  Gangguan pada Sistem Indra
a)   Indra Penglihatan
1)   Astigmatis
Astigmatis (mata silindris) adalah kelainan pada mata yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini terjadi karena penderita tidak mampu melihat garis-garis horizontal dan vertikal secara bersama-sama. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata silindris.

2)   Hipermetropi
Hipermetropi (rabun dekat) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat benda dekat. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu pendek dan bayangan jatuh di belakang bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cembung (positif).

3)   Miopi
Miopi (rabun jauh) adalah kelainan pada mata yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat jauh. Hal itu terjadi karena bola mata terlalu panjang dan bayangan benda jatuh di depan bintik kuning. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kaca mata berlensa cekung (negatif).

4)   Presbiopi
Presbiopia (rabun dekat danjauh) adalah kelainan yang ditandai dengan mata tidak dapat melihat dekat dan jauh. Hal itu terjadi karena daya akomodasi mata mulai berkurang. Kelainan ini dapat diatasi dengan memakai kacamata berlensa rangkap.

5)   Rabun Senja
Penderita rabun senja (rabun ayam) tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika cahaya mulai rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Cara mencegah dan mengatasi gangguan ini ialah dengan mengonsumsi rnakanan yang banyak mensandung vitamin A.

b)   Indra Pendengaran
1)   Radang Telinga
Radang telinga dapat terjadi di bagian luar maupun tengah. Radang telinga bagian luar terjadi karena bakteri, jamur, atau virus yang masuk melalui berbagai cara. misalnya masuk bersama air ketika berenang. Radang telinga tengah (otitis media) dapat terjadi karena bakteri atau virus, misalnya virus influenza.

2)   Tuli Mendadak
Tuli mendadak merupakan keadaan emergensi di telinga, dimana telinga mengalami ketulian secara mendadak, kadang tanpa disertai keluhan, umumnya mengenai satu telinga.

3)   Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa terjadi akibat cedera, gigitan serangga dan pemecahan bisul dengan sengaja.  Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, dan menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga.  Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan. 

c)    Indra Peraba
1)   Kusta
Kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas.

2)   Kutu air
Kutu air adalah sebuah infeksi jamur pada kulit, biasanya di antara jari kaki yang disebabkan oleh jamur parasit, penyakit ini menular.

3)   Panu
Panu merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Jamur yang menyebabkan panau adalah Malassezia furfur.

4)   Jerawat
Jerawat mudah menyerang kulit wajah, leher, punggung, dan dada. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon dan kulit yang kotor. Anak-anak yang memasuki masa remaja serta orang-orang yang memiiki jenis kulit berminyak sangat rentan terhadap jerawat.       

d)   Indra Pembau
1)   Anosmia
Anosmia adalah gangguan pada hidung berupa kehilangan kemampuan untuk membau. Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya cidera atau infeksi di dasar kepala, keracunan timbel, kebanyakan merokok, atau tumor otak bagian depan.

2)   Rhinitis Alergika
Rhinitis Alergika terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita bereaksi berlebihan terhadap partikel-partikel yang ada di udara yang kita hirup. Sistem kekebalan tubuh kita menyerang partikel-partikel itu, menyebabkan gejala-gejala seperti bersin-bersin dan hidung meler. Partikel-partikel itu disebut alergen yang artinya partikel-partikel itu dapat menyebabkan suatu reaksi alergi.

3)   Sinusitis
Sinusitis, merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam tulang yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya terjadi dalam waktu menahun (kronis).  

e)    Indra Pengecap
1)   Mati Rasa
Mati rasa dibedakan menjadi dua yaitu bersifat sementara dan bersifat permanen. Mati rasa sementara terjadi ketika kita memakan atau meminum sesuatu yang suhunya terlalu panas atau terlalu dingin. Sedangkan mati rasa permanen terjadi karena rusaknya jaringan saraf yang berhubungan dengan indra pengecap di otak karena si penderita mengalami trauma pada bagian tertentu di otak.

2)   Glossopyrosis
Kelainan ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.

3)   Kanker Lidah
Penyebab kanker lidah salah satunya rokok. Asap yang lama mengepul di rongga mulut dan terkena lidah bisa memicu kanker lidah. penyebab terbesar terjadinya kanker lidah karena merokok, terutama yang lebih dari 2 pak per hari. Risiko tersebut akan meningkat jika mengonsumsi alkohol. Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, radiasi, sinar-X dan kemoterapi. 

E.     Teknologi yang Berhubungan dengan Sistem Regulasi
Ada beberapa teknologi yang berhubungan dengan sisitem regulasi. Teknologi itu antara lain  :
1.    Somatosensory Evoked Potential (SSEP), adalah pemeriksaan yang dipergunakan untuk melihat atau mempelajari lesi-lesi yang letaknya lebih proksimal, sepanjang jaras somato-sensorik (dengan kata lain yang tidak terjangkau dengan EMG – jadi dapat yang bersifat Upper Neuron/UMN).

2.    Personal Digital Assistant (PDA). Banyak orang yang menderita amnesia merasa terbantu dengan penggunaan personal digital assistant (PDA), seperti Palm Treo, BlackBerry atau iPhone. Dengan latihan dan praktek, orang dengan amnesia parah sekali pun bisa menggunakan organizer elektronik ini untuk membantu tugas-tugas mereka dari hari ke hari. Sebagai contoh, pasien bisa memprogram PDA untuk mengingatkan peristiwa atau acara-acara penting atau untuk minum obat

3.    Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo Grafi (EEG), merupakan  alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang alfa, beta, theta dan sebagainya. Tujuan : Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan.

4.    Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Beberapa tipe anestesi adalah :
·         Pembiusan total yaitu hilangnya kesadaran total.
·         Pembiusan lokal yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).                                                                                      
·         Pembiusan regional yaitu hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

F.      Gaya Hidup Sehat untuk Menghindari Gangguan pada Sistem Regulasi
Banyak yang dapat kita lakukan untuk hidup secara sehat supaya dapat terhindar dari berbagai macam penyakit pada sistem regulasi. Gaya hidup sehat yang dapat kita lakukan diantaranya:
1.    Pola Hidup Sehat
Dengan pola makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus menyantap makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang mengandung serat dan zat gizi lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh. Dengan pola makan sehat seperti ini maka sistem regulasi dapat berfungsi dengan baik.

2.    Istirahat yang Cukup
Salah satu cara menjaga sistem regulasi adalah dengan tidur yang cukup. Setelah melakukan aktifitas fisik dan otak seharian, manusia membutuhkan istirahat yang optimum yang juga menjadi alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat karena pada saat manusia melakukan ini, otot dan otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi dan beristirahat.

3.    Olahraga Secara Teratur
Olahraga, sebagai bagian dari gaya hidup sehat, karena dapat membantu mencegah masalah regulasi. Kita dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan meningkatkan kemampuan otak. Selain itu olahraga dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak.

4.    Hindari Stres
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.  Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.




D.A Pratiwi, dkk.2006.Biologi untuk Kelas XI.Jakarta:Erlangga
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.
Irman Soemantri.2008.Sistem Pencernaan Makanan.Jakarta:Salemba Medika.
Suwarno. 2009. BSE. Jakarta: PT Sunda kelapa pustaka.

http://edukasi-global.blogspot.com/2012/04/sisrtem-regulasi-pada-manusia-lengkap.html
http://www.mahfudcs.web.id/2012/04/materi-sistem-regulasi-manusia-sma.html#.UPDw6IDH3IU
http://akatsuki-ners.blogspot.com/2011/02/elektro-enselografi-eeg.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Anestesi
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/
http://www.anneahira.com/penyakit-sistem-saraf.htm
http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=111
http://www.permatailmugroup.wordpress.com/2010/06/25/agar-syaraf-sehat/





0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews